Minggu, 29 Maret 2015

Review: Novel "The Alchemist's Secret" by Scott Mariani.



Rasanya sudah lama sekali sejak saya terakhir kali menulis di blog ini. Dan sekarang, dengan sangat kurang ajarnya melupakan tumpukan fanfiction dan tulisan fiksi lainnya yang terbengkalai begitu saja di draft, saya kembali dengan membawa sebuah review novel. *innocentsmiles*

Awal 2015 lalu saya pergi ke toko buku dan membeli 3 novel baru dan baru selesai membaca 2 novel. Padahal biasanya dalam seminggu bisa habis beberapa buku, tapi karena rasa malas dan Ujian Nasional yang sudah 5cm didepan jidat,  jadi ya begini hehehehehehe.

Baiklah, mari kita bahas novel terjemahan karya Scott Mariani ini.


p.s: saya merasa anu saat mendapatkan nilai kurang memuaskan saat me-review buku untuk tugas sekolah saya beberapa bulan yang lalu. Anggap saja ini pembalasan dendam untuk diri saya sendiri yang sangat tolol saat itu–meski kali ini gak ada yang nilai. HAHA. Dan ingat, review ini saya buat berdasarkan pendapat pribadi saya sebagai seorang makhluk  sok tahu. Ngeheheh.

**



"Aku mencari pria bernama Fulcanelli."
"Oke, bisa Anda beri tahu kapan orang ini terakhir kali dilihat dan dimana?"
"Fulcanelli terakhir kali dilihat di Paris, pada 1926."
"Itu sudah delapan puluh tahun yang lalu. Apakah ini lelucon?"


Percakapan itu membawa Ben Hope ke dalam petualangan berbahaya. Mantan pasukan elite tentara Inggris yang punya spesialisasi menemukan orang hilang itu kini punya tugas yang lain dari biasanya. Dia harus mencari manuskip alkimia demi menyelamatkan nyawa seorang anak.
Pencarian itu tak mudah, banyak pihak bertujuan jahat yang juga mengincar manuskip berisi formula ajaib tersebut. Dibantu oleh seorang peneliti alkimia cantik, Dr.Ryder, Ben Hope pun menguak misteri demi misteri yang menyelubungi ramuan rahasia cairan yang bisa menyembuhkan penyakit dan memperpanjang usia.




Judul: The Alchemist's Secret (Rahasia Sang Alkemis)
Penulis: Scott Mariani.
Penerjemah: Lulu Fitri Rahman.
Penerbit: Qanita.
490 halaman.
Cetakan kedua tahun 2011.




Mari kesampingkan dulu tema alkimia yang dipakai oleh Scott Mariani.

Benedict Hope –atau yang lebih akrab dipanggil Ben –adalah karakter utama dalam novel ini. Seorang mantan tentara, lulusan Oxford University, cukup kaya raya untuk dapat hidup dan berpindah-pindah tempat demi pekerjannya yang bisa dibilang berbahaya namun layak diberi penghargaan, yaitu menemukan orang hilang.
Mengambil latar di benua Eropa (saya tidak bisa menyebutkan lokasinya secara tepat karena scene selalu berpindah-pindah dari negara satu ke negara yang lain) secara keseluruhan buku ini menceritakan bagaimana perjalanan Ben saat mencari manuskrip Fulcanelli –seorang ahli kimia yang sangat melegenda –yang dipercaya berisi formula cairan keabadian. Awalnya Ben ragu untuk mengambil misi ini. Tentu saja, orang gilla mana yang mau mencari manuskrip yang bahkan keberadaannya saja diragukan?
Tapi karena Mr.Fairfax, sang klien yang terus memohon pada Ben demi keselamatan Ruth –cucunya –yang sedang sekarat dan Mr.Fairfax yakin jika tidak ada cara lain yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan Ruth selain dengan cairan keabadian itu. Contoh keputusasaan seorang kakek tua yang terlalu menyayangi cucunya. Akhirnya Ben mengambil tugas tersebut. Bukan karena uang berlimpah yang ditawarkan Mr.Fairfax padanya, tapi karena ada sesuatu di masa lalu Ben yang membuatnya tidak bisa menolak tugas gila tersebut.

Akhirnya Ben memulai pencariannya dengan informasi minim, dan karena tidak ada yang namanya kebetulan, maka takdirlah yang mempertemukannya dengan Dr.Roberta Ryder, seorang ilmuan cantik yang terpaksa harus terkucilkan karena ketertarikannya pada alkimia.
Pertemuan Ben dengan Roberta membuat semuanya menjadi lebih rumit, dan dengan terpaksa Ben harus membiarkan Roberta memasuki dunianya karena sudah terlanjur terlibat.

Jujur saja, awalnya saya merasa bosan saat membaca buku ini. Terlalu banyak adegan kejar-kejaran dan banyaknya istilah-istilah yang sukar saya mengerti membuat saya semakin malas membaca (saya pernah membaca kalimat "tidak tahu itu tidak enak" dan saya sudah merasakannya sejak lama. Keadaan semakin parah saat membaca novel ini hahaha) itulah alasan saya menunda-nunda membacanya. Sedikit menyesal, sebenarnya. Karena setelah saya ikuti secara perlahan, hal-hal yang sukar dimengerti oleh manusia awam dan remaja yang tidak suka hal-hal berbau alkimia seperti saya malah membuat buku ini semakin menarik untuk dibaca. Rasa penasaran membuat saya bertanya apa yang akan terjadi pada Ben selanjutnya? Siapa orang ini? Apa maksud kode dan sandi ini? Siapa yang melakukannya? Bagaimana bisa?
Pertanyaan-pertanyaan itulah yang membuat saya berhasil menyelesaikan 100+ halaman terakhir dalam waktu kurang dari satu jam.



Pertengahan cerita mulai menyenangkan. Sangat menyenangkan. Banyak adegan kekerasan yang tidak lagi mengandalkan tembak pakai pistol mati lalu selesai. Adegan kejar-kejaran yang saya anggap membosankan diawal, ternyata memberikan kesenangan tersendiri saat saya mulai menikmati dan memahami kemana alur ceritanya akan dibawa. Adanya tokoh-tokoh pendukung yang mengagumkan juga membuat cerita semakin menarik. Dimulai dari seorang polisi, pastor, dokter jiwa, penulis, psikopat dan bahkan orang gila yang muncul dalam cerita ini membuat saya penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Dipertengahan cerita juga diselipkan beberapa adegan-adegan romantis yang mengurangi rasa tegang pembaca setelah membaca adegan-adegan thriller menyenangkan yang dihiasi oleh kejar-kejaran dan darah dimana-mana.
Secara keseluruhan, novel ini layak untuk dibaca. Bahkan jika kalian tidak mengerti tentang alkimia yang menjadi tema novel ini, kalian akan menikmati setiap halaman yang kalian baca dan akan dihantui rasa penasaran untuk segera membuka halaman terakhir.


Nilai akhir:


4/5 stars.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[!!] Gunakan bahasa yang sopan. Terima kasih.