Rasanya sudah lama
sekali sejak saya terakhir kali menulis di blog ini. Dan sekarang, dengan
sangat kurang ajarnya melupakan tumpukan fanfiction dan tulisan fiksi lainnya
yang terbengkalai begitu saja di draft, saya kembali dengan membawa sebuah
review novel. *innocentsmiles*
Awal 2015 lalu saya
pergi ke toko buku dan membeli 3 novel baru dan baru selesai membaca 2 novel.
Padahal biasanya dalam seminggu bisa habis beberapa buku, tapi karena rasa malas dan Ujian Nasional yang sudah 5cm didepan jidat, jadi ya begini hehehehehehe.
Baiklah, mari kita
bahas novel terjemahan karya Scott Mariani ini.
p.s: saya merasa anu saat mendapatkan nilai kurang
memuaskan saat me-review buku untuk tugas sekolah saya beberapa bulan yang lalu.
Anggap saja ini pembalasan dendam untuk diri saya sendiri yang sangat tolol
saat itu–meski kali ini gak ada yang nilai. HAHA. Dan ingat, review ini saya
buat berdasarkan pendapat pribadi saya sebagai seorang makhluk sok tahu. Ngeheheh.
**
"Aku mencari pria bernama Fulcanelli."
"Oke, bisa Anda beri tahu kapan orang ini terakhir kali dilihat dan
dimana?"
"Fulcanelli terakhir kali dilihat di Paris, pada 1926."
"Itu sudah delapan puluh tahun yang lalu. Apakah ini lelucon?"
Percakapan itu membawa Ben Hope
ke dalam petualangan berbahaya. Mantan pasukan elite tentara Inggris yang punya
spesialisasi menemukan orang hilang itu kini punya tugas yang lain dari
biasanya. Dia harus mencari manuskip alkimia demi menyelamatkan nyawa seorang
anak.
Pencarian itu tak mudah, banyak
pihak bertujuan jahat yang juga mengincar manuskip berisi formula ajaib
tersebut. Dibantu oleh seorang peneliti alkimia cantik, Dr.Ryder, Ben Hope pun
menguak misteri demi misteri yang menyelubungi ramuan rahasia cairan yang bisa menyembuhkan penyakit dan
memperpanjang usia.
Judul: The Alchemist's Secret (Rahasia Sang Alkemis)
Penulis: Scott Mariani.
Penerjemah: Lulu Fitri Rahman.
Penerbit: Qanita.
490 halaman.
Cetakan kedua tahun 2011.
Mari kesampingkan
dulu tema alkimia yang dipakai oleh Scott Mariani.
Benedict Hope –atau
yang lebih akrab dipanggil Ben –adalah karakter utama dalam novel ini. Seorang
mantan tentara, lulusan Oxford University, cukup kaya raya untuk dapat hidup
dan berpindah-pindah tempat demi pekerjannya yang bisa dibilang berbahaya namun
layak diberi penghargaan, yaitu menemukan orang hilang.
Mengambil latar di
benua Eropa (saya tidak bisa menyebutkan lokasinya secara tepat karena scene
selalu berpindah-pindah dari negara satu ke negara yang lain) secara keseluruhan
buku ini menceritakan bagaimana perjalanan Ben saat mencari manuskrip
Fulcanelli –seorang ahli kimia yang sangat melegenda –yang dipercaya berisi
formula cairan keabadian. Awalnya Ben ragu untuk mengambil misi ini. Tentu
saja, orang gilla mana yang mau mencari manuskrip yang bahkan keberadaannya
saja diragukan?
Tapi karena
Mr.Fairfax, sang klien yang terus memohon pada Ben demi keselamatan Ruth
–cucunya –yang sedang sekarat dan Mr.Fairfax yakin jika tidak ada cara lain
yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan Ruth selain dengan cairan keabadian
itu. Contoh keputusasaan seorang kakek tua yang terlalu menyayangi cucunya.
Akhirnya Ben mengambil tugas tersebut. Bukan karena uang berlimpah yang
ditawarkan Mr.Fairfax padanya, tapi karena ada sesuatu di masa lalu Ben yang
membuatnya tidak bisa menolak tugas gila tersebut.
Akhirnya Ben
memulai pencariannya dengan informasi minim, dan karena tidak ada yang namanya
kebetulan, maka takdirlah yang mempertemukannya dengan Dr.Roberta Ryder,
seorang ilmuan cantik yang terpaksa harus terkucilkan karena ketertarikannya
pada alkimia.
Pertemuan Ben dengan Roberta membuat semuanya menjadi lebih rumit, dan dengan terpaksa Ben harus membiarkan Roberta memasuki dunianya karena sudah terlanjur terlibat.
Pertemuan Ben dengan Roberta membuat semuanya menjadi lebih rumit, dan dengan terpaksa Ben harus membiarkan Roberta memasuki dunianya karena sudah terlanjur terlibat.
Jujur saja, awalnya
saya merasa bosan saat membaca buku ini. Terlalu banyak adegan kejar-kejaran
dan banyaknya istilah-istilah yang sukar saya mengerti membuat saya semakin
malas membaca (saya pernah membaca kalimat "tidak tahu itu tidak
enak" dan saya sudah merasakannya sejak lama. Keadaan semakin parah saat
membaca novel ini hahaha) itulah alasan saya menunda-nunda membacanya. Sedikit
menyesal, sebenarnya. Karena setelah saya ikuti secara perlahan, hal-hal yang
sukar dimengerti oleh manusia awam dan remaja yang tidak suka hal-hal berbau
alkimia seperti saya malah membuat buku ini semakin menarik untuk dibaca. Rasa
penasaran membuat saya bertanya apa yang akan terjadi pada Ben selanjutnya?
Siapa orang ini? Apa maksud kode dan sandi ini? Siapa yang melakukannya?
Bagaimana bisa?
Pertanyaan-pertanyaan
itulah yang membuat saya berhasil menyelesaikan 100+ halaman terakhir dalam
waktu kurang dari satu jam.
Pertengahan cerita
mulai menyenangkan. Sangat menyenangkan. Banyak adegan kekerasan yang tidak
lagi mengandalkan tembak pakai pistol mati lalu selesai. Adegan kejar-kejaran
yang saya anggap membosankan diawal, ternyata memberikan kesenangan tersendiri
saat saya mulai menikmati dan memahami kemana alur ceritanya akan dibawa.
Adanya tokoh-tokoh pendukung yang mengagumkan juga membuat cerita semakin
menarik. Dimulai dari seorang polisi, pastor, dokter jiwa, penulis, psikopat
dan bahkan orang gila yang muncul dalam cerita ini membuat saya penasaran
dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Dipertengahan cerita juga diselipkan
beberapa adegan-adegan romantis yang mengurangi rasa tegang pembaca setelah
membaca adegan-adegan thriller menyenangkan yang dihiasi oleh kejar-kejaran dan
darah dimana-mana.
Secara keseluruhan,
novel ini layak untuk dibaca. Bahkan jika kalian tidak mengerti tentang alkimia
yang menjadi tema novel ini, kalian akan menikmati setiap halaman yang kalian
baca dan akan dihantui rasa penasaran untuk segera membuka halaman terakhir.
Nilai akhir:
4/5 stars.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
[!!] Gunakan bahasa yang sopan. Terima kasih.