Teen. Romance/Fluff/AU. 763 words.
WINNER's fanfiction.
Nam Taehyun and OC.
**
Nam Taehyun dan otak bebalnya bukanlah kombinasi yang bagus untuk menyambut hariku pagi ini. Sudah cukup tadi malam dia menyusahkanku dan membuatku malu setengah mati. Dan kini, saat aku baru saja menginjakan kaki ku dikelas, pria bodoh itu sudah berada dikelasku sembari mengacak-ngacak lokerku -bukan dalam artian yang sesungguhnya, tentunya. Tapi tetap saja tidak sopan membuka loker orang lain tanpa izin. Lagipula, salahku juga tidak menguncinya.
Aku menghela napasku pelan lalu memperhatikan Taehyun yang tampaknya belum sadar akan kehadiranku, aku berjalan kearahnya lalu hendak menepuk pundaknya hingga tiba-tiba saja dia membalikan badannya.
"Apa kelasmu sudah belajar fisika bab 5?" tanya nya sembari membuka buku catatan fisika ku, dia menoleh kearahku lalu tersenyum. "Kenapa? Kau kira aku tidak sadar jika kau sudah datang, ya?" mata Taehyun tampak semakin mengecil saat mengatakan hal itu -astaga, senyumnya sangat manis.
"Sudah. Ya. Dan kurasa kau tidak tahu jika sangat tidak sopan membuka loker seseorang tanpa izin."
"Dan tampaknya kau tidak tahu jika tidak mengunci lokermu sendiri adalah suatu kesalahan besar." membalikan perkataanku, sangat Nam Taehyun sekali. Aku menghela napas kesal lalu menutup lokerku dengan cukup keras.
Taehyun menoleh sekilas kearah lokerku lalu menatapku dengan tatapan yang tidak dapat kuartikan.
"Kasar sekali. Kau masih marah karena tadi malam?" tanya nya. Menanyakan hal yang sudah sangat jelas. Bodoh sekali.
Aku tidak menjawab pertanyaan Taehyun lalu merebut buku fisika ku yang masih ia pegang, aku berjalan kearah tempat dudukku lalu duduk diatas meja -kebiasaan burukku sejak sekolah dasar.
"Hei, ayolah, baby, kau tahu jika aku tidak bermaksud mempermalukanmu. Salahmu terlalu sempurna hingga aku sangat takut jika Lee Taeyong keparat itu merebutmu," Taehyun menatapku dengan wajah memelasnya. "jangan memasang wajah masam seperti itu. Kau ingin aku menciummu lagi?" kini Taehyun mengedipkan sebelah matanya. Aku menatapnya tidak percaya lalu melemparkan buku fisika yang kupegang kearahnya.
Taehyun dapat menghindari lemparanku dengan sangat cekatan, kurasa gerak refleks nya sudah membaik sejak terakhir kali aku melemparnya dengan bola basket seminggu yang lalu -saat itu dia menggodaku ditengah jam olahraga, hingga akhirnya Mr.Sam (guru olahragaku) menghukumku karena kesalahan yang dibuat oleh Taehyun. Entah kenapa dia masih betah berada disisiku, dan bahkan aku tidak tahu kenapa masih tahan dengan sikapnya yang kekanakan.
Tadi malam, aku dan Taehyun datang ke pesta ulang tahun Miso (sahabatku) semuanya baik-baik saja hingga Taehyun pamit untuk berkumpul bersama Seungyoon dan gerombolannya yang lain. Dia meninggalkanku selama lebih dari setengah jam. Peduli setan pada lelaki bodoh itu. Aku pun memutuskan untuk berkeliaran di tengah pesta tersebut tanpa tahu apa yang harus aku lakukan.
Aku tidak suka acara yang dipenuhi orang seperti pesta. Membosankan. Tidur dan membaca buku dirumah lebih menyenangkan. Berbanding terbalik dengan seorang Nam Taehyun yang sangat gila akan pesta. Nah, untuk segala perbedaan yang ada, aku heran kenapa dapat bertahan dengannya.
Saat itu aku sedang berada di taman belakang rumah Miso yang kondisinya sangat sepi, hingga tiba-tiba saja Taeyong, teman sekelas sekaligus mantan crush ku menghampiriku. Dia hanya menyapa dan mengajakku mengobrol, namun tiba-tiba saja Taehyun datang dalam keadaan mabuk.
Boo, semuanya kacau. Aku bahkan tidak sanggup untuk mengingat semuanya. Memalukan. Nam Taehyun dan sikap posesif nya yang berlebihan.
"Taehyun. Aku tidak tahan denganmu. Sungguh. Bisakah sehari saja kau tidak menggangguku?"
"Tapi aku kekasihmu."
"Aku butuh privasi."
"Privasi dengan si bodoh Lee Taeyong?" Taehyun tampak tidak suka saat mengucapkan nama itu. Astaga. "Saat aku tinggal sebentar saja kau sudah berduaan dengannya, bagaimana mungkin aku membiarkanmu sendirian untuk waktu yang lama?"
Aku menghembuskan napasku pelan saat mendengar ucapannya. Rasanya percuma jika aku menjelaskan pada Taehyun hingga mulutku berbusa. Dia tidak akan mengerti, dan aku tetap tidak bisa lepas darinya.
"Kau tidak percaya padaku?" tanyaku. Taehyun menggelengkan kepalanya sembari memasang ekspresi seperti anak kecil.
"Kau tahu aku tidak suka padanya," ujar Taehyun. "dia terlalu sempurna -meski aku lebih sempurna, dan aku takut kau akan jatuh padanya...lagi." tambah Taehyun pelan.
"Nah, sikap cemburu yang tidak menghasilkan apapun, Tuan Nam." aku mengangkat bahuku. "ini tidak akan berhasil jika kau terus begini." tambahku dengan gamblang. Jujur. Aku ingin Taehyun berubah karena aku sudah terlanjur jatuh terlalu dalam padanya. Akan sangat menyakitkan jika aku harus berpisah dengannya. Dan akan lebih menyakitkan lagi jika bertahan dengan kondisi seperti ini. Serba salah.
"Aku hanya tidak ingin kau berhubungan lagi dengannya. Tidak lebih. Astaga, aku takut kehilanganmu. Mengertilah." Taehyun menghampiriku. Ia memegang kedua bahuku lalu menatapku dengan intens.
"Ini akan berhasil. Percayalah. Aku hanya tidak ingin melepasmu. Maaf jika aku terlalu posesif atau kekanakan. Tapi bagaimanapun sikapku, kau tetap menyukaiku, bukan?" kini tampang menyebalkan Taehyun sudah kembali. Seringaian bodoh terukir begitu saja di wajahnya. Aku mendengus kesal lalu mengacak-ngacak rambutnya.
Selalu seperti ini. Untuk yang kesekian kalinya, aku kalah darinya.
End.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
[!!] Gunakan bahasa yang sopan. Terima kasih.