Rabu, 16 April 2014

#21

Kim Byungjoo and OC.

P.s:Topp Dogg's fanfiction. Lagi. Terinspirasi dari lagu distance nya FTISLAND. Angst gagal HAHA.





"Apa benar-benar sudah terlambat untuk meminta maaf?"



**


Byungjoo bergeming ditempat, tubuhnya terasa kaku, iris cokelat kelamnya tak henti-henti nya menatap sosok seorang gadis yang sedang berdiri di seberang jalan sana --diantara persimpangan, ditengah lautan manusia yang saling berjejalan. Untuk kali ini, Byungjoo berusaha bersikap apatis dan menghiraukan cercaan orang-orang yang keberatan dengan tubuhnya yang -memang- menghalangi jalan.

Byungjoo tetap bergeming. Sama hal nya dengan gadis di persimpangan tersebut --terdiam kaku, membiarkan dirinya ditabrak oleh tubuh orang-orang yang melintas. Seperti Byungjoo, gadis itu menatap kedepan dengan tatapan kosong.

Bahkan ketika salju turun dengan perlahan, mereka berdua tetap terdiam.

Byungjoo menghela napasnya pelan, ia menundukkan kepalanya lantas mengepalkan kedua tangannya. Demi apapun, ia mengutuk sikap nya dulu yang sialnya baru ia sadari sekarang --saat gadis di persimpangan sana berada disampingnya. Saat gadis itu tersenyum kearahnya. Saat ia bersikap tidak peduli pada gadis itu. Saat mereka berhadapan. Saat gadis itu mengucapkan selamat tinggal -Byungjoo mengingatnya dengan sangat jelas. Semuanya seolah berputar di kepalanya. Dan harus ia akui, itu membuat dada nya terasa sangat sesak.

Menyesal?

Tidak. Semua ini kesalahannya. Byungjoo hanya merasa kecewa. Ia kecewa pada dirinya sendiri; pada ego nya yang terlalu tinggi. Pada dirinya yang selalu bersikap apatis tanpa memikirkan perasaan gadis-nya.

"Kau tahu, Byungjoo-ya? Aku menyukai lagu-lagu sedih juga, sama sepertimu. Mereka mewakili perasaanku."

Suara manis gadis itu masih terngiang di kepala nya.

"Aku menyayangimu, Byung-ie."

Itu mengganggunya.

"Apa kau tidak sadar? Mungkin kau akan lebih baik tanpaku, Byung-ie. Jangan paksakan dirimu."

Cukup. Semua ini membuatnya gila. Dengan perlahan Byungjoo mengangkat kepalanya, matanya melebar sempurna saat menyadari bahwa gadis itu masih berdiri disana --menatapnya kaku, sesaat kemudian ia tersenyum kearah Byungjoo. Tidak, itu bukan senyuman ceria seperti yang biasa Byungjoo lihat. Bukan senyuman khas anak kecil yang selalu gadis itu tunjukkan kepadanya. Itu senyuman yang berbeda.
Dan Byungjoo tidak menyukai senyuman itu, bagi dia, itu terlihat sangat memilukan.

Byungjoo mengulurkan tangannya saat gadis itu membalikan badannya, dan sesaat kemudian ia berjalan dengan langkah perlahan.


Apa ia benar-benar akan pergi?

Byungjoo hendak berteriak, namun gadis itu sudah tertelan lautan manusia.
Saat itu juga, Byungjoo telah sepenuhnya sadar dengan apa yang telah ia lakukan di masa lalu. Ia mengedarkan pandangannya, kedua tungkai nya melangkah cepat. Semakin cepat dan pada akhirnya ia berlari kencang sembari berteriak memanggil nama gadis itu; menghiraukan cercaan orang-orang yang menatapnya dengan heran sekaligus iba.

Tidak. Tidak. Dia tidak boleh pergi sekarang.

Byungjoo mengedarkan pandangannya, napasnya tersengal-sengal, jantung nya berdetak dengan tempo yang tidak normal. Beberapa detik kemudian, ia sadar jika gadis itu telah benar-benar pergi. Meninggalkannya. Sendirian.

End.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[!!] Gunakan bahasa yang sopan. Terima kasih.