Kamis, 10 April 2014

#20

Lee Hongbin (VIXX) and Yuna (AOA)








"Aku hanya menginginkannya, nuna, sesederhana itu."









**




Dia, Lee Hongbin, seorang pria jangkung berkulit putih yang memiliki paras nyaris sempurna. Iris mata kelam, bibir merah maroon, serta sebuah lesung pipi yang menghiasi pipi nya seolah tidak menunjukkan bahwa dia adalah seorang tersangka kasus pembunuhan.

Sangat disayangkan, memang. Bagaimana bisa pria setampan Lee Hongbin berada disini; di dalam sel pengap dan gelap? Dia lebih pantas berada di cover depan sebuah majalah remaja ataupun berada di televisi.

Hidup tidak seadil itu. Tentu.

Lee Hongbin meringkuk di pojok ruangan sel nya, pria berusia 21 tahun tersebut menyembunyikan wajahnya diantara tangan dan kaki nya. Ini kali kedua aku menemuinya, dan dia selalu seperti ini. Mungkin dia terkena penyakit jiwa atau semacamnya -aku tak perduli. Yang aku butuhkan sekarang hanya satu; penjelasannya. Bagaimanapun, dia harus berbicara jika ingin dilepaskan dari semua tuduhan. Aku hanya ingin membantunya.

"Lee Hongbin-ssi?" panggilku pelan. Hongbin mendongakan kepalanya lantas menatapku dengan datar. Untuk kali ini, aku bersumpah bahwa ia adalah salah satu pria tertampan yang pernah kulihat! Mungkin ini berlebihan -tapi aku tidak berbohong. Sungguh. Bahkan dengan tatapan mata kosong, wajah pucat serta pakaian penjara saja dia terlihat sangat menawan.

"Aku ingin membantumu." ujarku pelan sembari menghampirinya dengan langkah perlahan. Terlalu pengap dan tidak terbiasa dengan kondisi sel ini, atau memang ada yang salah dengan dada ku sampai aku merasa sulit bernafas?
Aku mencoba menghembuskan nafasku pelan saat sudah berada dihadapan Hongbin. Ia masih menatapku dengan tatapan datarnya. Mungkin jika aku lengah sedikit saja, aku akan berteriak betapa menawannya pria dihadapanku ini.

"Hongbin-ssi," panggilku lagi, aku berdehem pelan lantas berjongkok dihadapannya. Hongbin menatapku lamat lalu memiringkan kepalanya. Iris kelamnya terus terpaku padaku; memberikan tatapan intimidasi yang sialnya membuat jantung ku tidak bekerja dengan semestinya.

"A-"

"Nuna." Hongbin bersuara. Saat itu juga tatapan kosong namun terkesan mengintimidasi nya berubah menjadi lebih lembut. Tatapannya kini berubah menjadi sayu. Entah kenapa, aku merasa iba padanya. Apa aku boleh memeluknya?

"Nuna, nuna!" Hongbin bergumam, ia memiringkan kepalanya, sesaat kemudian bibir nya sedikit terangkat; membentuk seringaian yang sialnya sangat menakutkan dan menawan. Astaga, apa pria dihadapanku ini benar-benar seorang manusia?

"Baiklah, Lee Hongbin-ssi, namaku Seo Yuna, kau dapat memanggilku nuna jika kau mau." ucapku. Hongbin semakin tersenyum lebar, ia menatapku intens lalu sesaat kemudian ia tertawa keras.

"Apa yang kau mau?" tanya nya. Aku berdehem pelan lalu menghela nafasku. Mungkin aku harus lebih berhati-hati padanya. Aku bukan ahli kejiwaan -namun aku yakin jika pria dihadapanku ini sedikit memiliki masalah dengan kejiwaannya.

"Aku ingin membantumu."

"Ah, sungguh?" kini mimik wajah Hongbin berubah menjadi datar; sama seperti saat pertama kali aku memasuki sel pengap ini. Ia memeluk lututnya lalu tersenyum kecil. "Aku yang melakukannya. Untuk apa kau membantuku?"

"Kenapa?"

"Kenapa?" Hongbin tertawa keras setelah menanyakan itu, suaranya terdengar seperti seorang anak kecil yang sedang mengejek.
Aku menghela nafasku pelan lalu memutuskan untuk duduk dilantai -berjongkok dalam waktu yang lama sangat menyebalkan. Dan aku yakin percakapanku dan Hongbin akan berlangsung cukup lama. Mungkin.

"Aku mencintai Yura nuna," ujar Hongbin. "-aku hanya tidak suka melihatnya bersama Taekwoon hyung. Apa lebihnya pria bermuka tembok itu? Kenapa Yura nuna memutuskan untuk lebih memilihnya?"

Oh, aku mengerti sekarang.

"Dengan begini, bukankah tidak akan ada yang dapat merebut Yura nuna lagi? Lagipula, Yura nuna tidak dapat melihat pria yang lebih baik dariku lagi." Hongbin tersenyum kecil. "..seharusnya ia tak mati. Aku hanya ingin Taekwoon sialan itu yang mati. Namun Yura nuna terus menyalahkanku, ia selalu menangis. Aku tidak suka." tambahnya.
Aku terdiam, mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari bibir pria yang lebih muda satu tahun dariku ini.

"Padahal aku hanya membuatnya tidak dapat melihat. Apa aku salah? Bukankah dengan begitu ia akan selalu berada di sisi ku? Itu bukti cintaku padanya. Tapi ia malah membangkang."

-aku bersumpah untuk mencabut semua pujianku untuk Lee Hongbin.

"Aku hanya menginginkannya, nuna, sesederhana itu." Hongbin kembali menatapku dengan tatapan sayu nya.
Aku menghela nafasku pelan. Mungkin seharusnya aku tidak menerima tawaran dari orang tua Hongbin untuk membelanya. Heol, aku baru saja lulus satu tahun yang lalu dan menjadi pengacara semenjak setengah tahun yang lalu. Dan Hongbin adalah klien pertamaku.

"Apa maumu sekarang?"

"....Kau, nuna. Menurutmu siapa yang menyuruh kedua orang tua ku untuk menawarimu? Apa menurutmu keluargaku tidak cukup kaya untuk menyewa pengacara yang lebih profesional?"

Dan kini aku merasakan ribuan kereta seolah menabrakku secara bertubi-tubi.



End.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[!!] Gunakan bahasa yang sopan. Terima kasih.