Jumat, 14 Maret 2014

#19 First love.

Melupakan cinta pertama, apakah semudah itu?






**)




Kei hanya seorang gadis berusia 13 tahun biasa. Mungkin banyak sekali kekurangan yang dimiliki gadis itu --namun, bukankah di saat seseorang mempunyai kekurangan, ia akan mempunyai kelebihan yang bahkan tidak dapat dianggap remeh?

Kei menghembuskan nafasnya pelan. Sudah terlampau sering ia memberikan sugesti semacam itu pada dirinya sendiri; dan selalu berakhir sia-sia. Ia mempunyai banyak kekurangan, dan tidak mempunyai kelebihan. Itu saja.
Kei memutar kedua bola matanya malas saat salah satu teman sekelasnya --yang ia ketahui bernama Michele-- tengah tertawa bersama para murid lain sembari menunjuk kearahnya.
Kei paham kondisi seperti ini, bahkan pada awalnya ia tak begitu peduli. Namun ini sudah keterlaluan, terlampau sering, dan Kei lelah. Andai ia bisa membunuh mereka semua.

"Hei Kei, kau kenapa? Kau marah?" Rena bertanya dengan nada sedikit mengejek. Kei mengangkat bahunya lantas kembali fokus pada buku yang ia baca.

"Ah abaikan saja dia, kau tahu? Dia batu." ujar Michele.

"Ralat. Batu yang besar! Haha!" --itu Gabby, dengan suara nyaring gadis itu tertawa sangat keras. Memilukan sekali.
Kei tersenyum kecil, ia memasang headset nya lalu menoleh kearah jendela kelasnya.

Ada beberapa hal yang Kei sukai dari sekolahnya ini; pertama, taman belakang nya yang tenang. Kedua, perpustakaannya yang memiliki begitu banyak buku. Ketiga, ia menyukai tempat duduknya sekarang, disampingnya terdapat sebuah jendela yang mengarah langsung ke lapangan sekolah. Keempat, Kei menyukai seorang pria yang tampak sedang berlari mengelilingi lapangan tersebut.

Kei tersenyum kecil. Mungkin ini terdengar keterlaluan, namun Kei akui jika salah satu alasan ia tetap betah bersekolah disini adalah pria itu.
Kei menyukainya. Sangat.



**)


"Sudah kubilang, Kei, nyatakan saja perasaanmu pada Barom. Tahun ini dia lulus dari sini; dan kau tidak akan melihatnya lagi."

Kei melirik kearah seorang gadis berambut pirang yang kini sedang berceloteh tidak jelas kearahnya. Ia menghembuskan nafasnya pelan lantas menopang dagu nya dengan tangan kanan nya.
"Tidak," ucap Kei. "Banyak sekali yang menyukai Barom, kau tahu? Mungkin lebih baik jika aku memendamnya saja." tambahnya.

"Kau tidak lelah? Demi Tuhan, Kei, Barom pasti akan menerima mu."

"Kenapa kau begitu yakin? Tidakkah kau tahu bagaimana kondisi ku? Aku sangat ingin melakukannya, Clara, tapi aku tidak bisa." Kei mendesah pelan. "Aku iri padamu. Kau bisa dekat dengannya, sedangkan aku?"

"Kau hanya perlu membuka diri. Sudah kubilang, kau harus lebih sedikit terbuka." Clara memandang temannya tersebut gemas. Sedangkan Kei masih tampak tidak peduli.

"Dan menjadi orang lain hanya demi pria Korea itu? Tidak."

"Tapi Kei.."

"Diamlah."

Clara terdiam. Gadis itu menghela nafas panjang lantas menggelengkan kepalanya pelan.



**




"Kenapa kau tidak bilang jika kau mempunyai darah Korea? Hwang Chan Ri, yang benar saja."

Aku mengaduk latte ku dengan malas, iris biru ku memperhatikan seorang pria yang tampak sedang tersenyum aneh dihadapanku. Dia, pria yang telah membuat hari-hari ku selama berada di sekolah menengah pertama berantakan.

"Kau tidak sadar?" tanyaku pelan. Barom kembali tersenyum lantas mengacak rambut hitamku pelan. Ya, mata biru, rambut hitam kelam, tinggi yang cukup membuat para gadis iri, serta wajah Asia yang di anugerah kan Tuhan padaku sudah cukup membuatku tampak berbeda. Sayangnya, aku terlalu lambat untuk dapat memanfaatkan itu semua.

"Aku sadar. Tentu saja. Kau memiliki wajah Asia, Kei." ujar Barom. "Namun aku tak begitu memperhatikanmu dulu." tambahnya.

Aku tersenyum kecil lantas memiringkan kepala ku. "Tapi aku memperhatikanmu, sunbae. Selalu, bahkan mungkin lebih dari yang lain." aku tertawa getir.

"Maafkan aku," ujar Barom. Ia menghela nafasnya lantas menggenggam kedua tanganku. Hangat, namun terasa memilukan. Kenapa? Bukankah dulu aku sangat mendambakan ini? Aku sangat ingin Barom menggenggam tanganku, menatapku dengan hangat, memelukku. Aku ingin dia menjadi milikku.

"Kau tidak salah." ucapku sembari menunduk. "Aku yang salah. Maafkan aku. Tidak seharusnya aku menyukaimu dulu.."

"Kau tidak dapat menyalahkan perasaanmu, Kei." ujar Barom. Aku tersenyum getir lantas melepaskan genggaman tangannya.

"Terima kasih untuk hari ini, sunbae. Aku senang dapat bertemu denganmu lagi. Besok aku akan kembali ke Sydney." aku tersenyum kecil. Mungkin ini terdenger gila --aku mencari tahu alamat Barom di Korea, melakukan segala hal untuk dapat terlihat cantik dihadapannya, menguntit nya, dan hingga akhirnya aku tahu jika ia telah mempunyai cintanya sendiri. Aku pun menguntit gadis itu; mencari tahu semuanya.
Terasa sakit, memang. Namun apa daya?

"Ngomong-ngomong, titipkan salamku pada Hyunchan." ucapku. Barom tersenyum kecil lantas mengarahkan dagu nya tepat ke belakang ku.

"Kau bisa menyampaikannya sendiri."

Aku menolehkan kepalaku, dan saat itu juga dadaku terasa semakin sesak saat menemukan seorang gadis --yang lebih muda 4 tahun dariku-- sedang menatapku datar. Namun sedetik kemudian ia tersenyum kecil lantas membungkukkan badannya.

"Senang bertemu denganmu. Aku akan menjaga Barom untukmu." ujarnya. Aku tertawa pelan lantas beranjak dari kursi ku.
Dengan cepat kuraih tubuh gadis tersebut dan langsung mendekapnya erat. Ya, kau harus menjaganya untukku, dan juga untukmu.

"Kau tahu apa yang harus kau lakukan. Berkunjunglah ke Sydney jika kau sempat." ujarku.

"Ya. Terima kasih.." Hyunchan berbisik pelan. "....karena sudah merelakan dia. Kau tahu kau dapat merebutnya jika kau mau." tambahnya.

Aku tertawa kecil. Sakit sekali. Benar, aku dapat melakukannya. Namun itu hanya akan memperburuk keadaan.

"Ya. Aku dapat melakukannya. Namun dia tampak bahagia bersamamu. Jagalah dia, jangan biarkan gadis lain merebutnya. Mengerti?"

"Ya."



Hari ini, hari terakhirku bertemu dengannya. Hari dimana aku dapat mengungkapkan perasaanku sekaligus merelakannya. Cinta pertamaku.





End.







**


Aaaa kangen nulis romechan :3

Well setelah ini saya akan aktif kembali menulis fanfic hoho.

Anyway paham kan maksud ff ini? Yap. Gatau kenapa tiba-tiba kepikiran buat bikin cerita Barom sebelum ketemu Hyunchan wkwk.

P.s; cnfsd? Read 5hours first.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[!!] Gunakan bahasa yang sopan. Terima kasih.