Ia dan perasaan tak bertuan nya bergeming; membiarkan angan nya mengambang tak pasti.
Siapa pemilik rasa indah ini?
Miki mengedarkan pandangannya, tangannya menggenggam sebuah kertas yang ia temukan di atas meja nya beberapa saat yang lalu. Gadis itu menghela nafanya lantas kembali membaca rangkaian kata yang berada di kertas tersebut.
Aneh. Apa ada orang yang sengaja menaruh kertas tersebut? Tidak, Miki bukanlah tipe orang yang senang bercengkrama dengan orang lain; untuk apa ada yang mengirimkan kertas dengan kata-kata seperti ini untuknya?
Belum sempat pertanyaan yang berputar di kepala nya terjawab, kini satu kertas lagi mendarat tepat dihadapan Miki. Gadis itu kembali mengedarkan pandangannya, namun ia tak mendapatkan apapun.
Miki menghela nafasnya lantas mengambil kertas berwarna maroon tersebut lalu membaca isinya.
Aku menyukaimu. Bisakah kau menerka siapa aku?
Miki mengerutkan kening nya. Ia menghela nafasnya lalu kembali mengedarkan pandangannya. Ada banyak sekali murid dikelas ini, siapa yang melemparkan kertas ini kearahnya? Atau mungkin sang pelempar salah sasaran? Entahlah.
Iris kelam milik Miki kembali menelusuri penjuru kelas; mencoba menerka siapa yang telah iseng melemparkan kertas-kertas tadi padanya. Dan matanya kini terhenti pada sosok seorang pria berambut kemerahan yang duduk di pojok kelas.
Dia, Mark Yi-En Tuan.
Apa mungkin?
Tidak, tidak.
Miki kembali mengedarkan pandangannya. Tidak berapa lama kemudian iris mata nya menangkap sosok pria bertubuh jangkung yang tampak sedang sibuk dengan buku nya.
Han Sang Hyuk?
Tidak. SangHyuk pria yang pintar (dia peringkat pertama dikelas) dan banyak sekali gadis yang menyukainya. Untuk apa SangHyuk mengirimkan kertas tadi pada Miki?
Miki menghela nafasnya. Ia menyerah. Ia tidak dekat dengan siapapun di sekolah -kecuali dengan Park Sung Yeon, sepupu nya yang berbeda satu tingkat lebih tinggi darinya. Ia benar-benar tidak mempunyai clue siapa yang mengirimkan kertas-kertas tadi.
**)
Miki baru saja memasuki kelas nya saat menemukan Mark sedang tertidur di pojok ruangan. Dengan posisi tergeletak dan wajah yang tertutupi hoodie (jika saja Miki tidak melihat warna rambut Mark yang kemerahan, mungkin ia tidak akan tahu jika itu Mark) bisa saja orang akan mengira jika dia adalah mayat. Lagipula, siapa yang datang ke sekolah dan tertidur dikelas sepagi ini?
"......." Miki terdiam beberapa saat, hingga pada akhirnya gadis itu tersadar dan dengan langkah perlahan berjalan menuju tempat duduk nya.
"Hei."
Miki menolehkan kepalanya. Ia sedikit memiringkan kepalanya saat mendapati Mark telah terbangun dan kini sedang berjalan kearahnya.
"Miki Shin." panggil Mark sembari duduk diatas meja Miki. Miki menatap Mark dengan tatapan bingung lalu menaikan sebelah halisnya.
Ini kali pertama Mark memanggilnya.
"Itu um- surat itu, kau sudah membacanya?" tanya Mark sembari menggaruk belakang kepalanya, seulas senyuman canggung tergores diwajah Mark saat Miki kembali memiringkan kepalanya.
"Surat? Maksudmu kertas yang kemarin?" tanya Miki. Mark mengangguk pelan lantas tersenyum kecil. "Aku yang menulisnya. Kemarin aku lihat kau tampak bingung saat aku melempar kertas kedua, dan kau malah melihat kearah Hyuk." ujar Mark.
Tidak. Aku melihatmu terlebih dulu.
"Itu um- kau sudah tahu artinya kan?" Mark menggaruk belakang kepalanya. Miki terdiam beberapa saat lalu menundukan kepalanya. Otak Miki kini sedang mencoba mencerna kejadian kemarin, dan hari-hari sebelumnya.
Ia dan Mark tidak dekat. Bagaimana mungkin?
"Kau tidak menyukaiku ya?" gumam Mark pelan. Miki mendongakan kepalanya dan mendapati Mark sedang menundukan kepalanya.
"Tidak juga." ucap Miki pelan. Mark mendongakan kepalanya lantas menatap Miki dengan tatapan tidak percaya.
"Maksudmu?" tanya Mark memastikan. Miki baru saja akan menjawab hingga tiba-tiba saja Mark beranjak dari meja nya, pria itu berlari ke tempat duduk nya -hampir saja Mark terjengkal saat tidak sengaja menabrak meja lain- dan mengambil sebuah gitar (sejak kapan Mark membawa gitar?) sesaat kemudian Mark kembali menghampiri Miki.
"Jangan dijawab. Aku akan bernyanyi untukmu. Ngomong-ngomong, aku yang meminta anak-anak untuk tidak masuk ke kelas sampai aku selesai." ujar Mark sembari memasang cengiran khas nya. Miki terdiam, hingga pada akhirnya ia sadar jika sedari tadi tidak ada orang lain selain dia dan Mark di dalam kelas -padahal ini sudah agak siang.
I've been trying to find the right
words
But they always seem to hit the
page wrong
You see I tend to fight words
You breathe 'em into life, and
they're gone
I need some louder speaking actions
They do what letters could never do
You see, you are my addiction
I need more than words to show you
So listen to me, so listen
Listen to my heartbeat
I'd like to think you understand me
But I never really like to assume
So you never have to ask me
I'mma let my actions tell you the tru-
hu-huth
For you-hu-hu-hu
There is nothing I wouldn't go
through-hu-hu-hu
And if you need some proo-hu-hu-
oof
You can find it in what I do-hu-hu-hu
Listen to me baby
And I could tell you everyday
Just how much I want you
I-I-I-I I've never been good with
words
But I went and wrote this song for
you
So listen to me, so listen
Listen to my heartbeat
So listen to me, so listen
Listen to my heartbeat
(Cody Simpson-So listen)
Mark menghentikan permainannya, ia menoleh kearah Miki yang tampak terdiam lalu tersenyum kecil.
"So, would you be my life-and-love-partner?"
Dan semuanya terasa bagaikan mimpi bagi Miki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
[!!] Gunakan bahasa yang sopan. Terima kasih.