Selasa, 28 Januari 2014

#100FFproject 15

I'll stay by your side

Forever.

**





Aku menghembuskan nafasku pelan. Sesekali menoleh kearah jam dinding yang berada di sudut kamarku. Sudah 5 jam aku duduk disini dan berharap akan mengerti soal matematika di hadapanku. Sayangnya, dewi keberuntungan berkata lain. Ia belum (atau tidak) membiarkan gadis malang ini menyelesaikan tugas sekolah nya. Apa salahku.

"Nuna~ ayo bermain." teriakan nyaring seorang bocah laki-laki memekakan telinga ku, aku mendengus lantas menoleh kearah sumber suara tersebut.

"Nanti, ya." ujarku. Bocah itu -Jungkook- menggerutu pelan lantas melipat kedua tangannya, ia mengembungkan kedua pipi nya. Lucu sekali.

"Nuna terlalu sibuk dengan buku itu. Aku tidak suka. Lebih baik kita bermain." ujar Jungkook, ia beranjak dari tempat tidurku lantas menghampiriku. Kedua tangannya melingkar di leher ku, Jungkook menaruh kepalanya di pundakku lalu kembali merengek.

"Ayolah."

"Tidak."

"Ayo~"

"Tidak, Jungkook-a."

"Nuna sudah tidak suka lagi bermain denganku?" terdengar nada kecewa sekaligus kesal dalam ucapan Jungkook. Aku menghela nafasku pelan.
Benar, aku sudah lelah. Umurku sudah 18 tahun dan bocah ini terus memintaku menemani nya bermain.
Aku dan Jungkook sudah bersama sejak kecil. Ia selalu berada di sisi ku.

"Tidak. Bukan begitu." ucapku. Jungkook melepaskan lengannya dari leherku lalu memasang ekspresi polos nya.

"Lalu apa? Nuna selalu menolak saat aku ajak bermain." Jungkook menggerutu pelan. "Semenjak nuna masuk SMA tiga tahun yang lalu, nuna tidak pernah lagi mengajakku bermain. Nuna selalu meninggalkanku sendiri." dan kini wajah Jungkook tampak memerah. Suaranya juga berubah menjadi serak.

Astaga.

Aku menghela nafasku lalu beranjak. Jungkook menundukkan kepalanya. "Aku tahu nuna sudah dewasa. Sebentar lagi posisi ku akan tergantikan." ujar Jungkook.

Aku menggeleng cepat lantas memegang kedua bahu Jungkook. Tidak, tidak ada yang bisa menggantikan Jungkook. Tidak ada yang dapat mengerti perasaanku selain dia.
"Tidak. Tidak akan ada yang dapat menggantikanmu, Jungkook-a." ujarku cepat dan tegas. "Menurutmu kenapa kau masih berada disampingku sampai sekarang?" tambahku. Jungkook mendongakan kepalanya lalu menoleh kearah pintu kamarku.

"Ibu mu menguping lagi, nuna." ujar Jungkook.

"Siapa peduli? Jangan mengalihkan topik, Jungkook-ah." ucapku. Jungkook menoleh kearahku lalu kembali memasang ekspresi polos nya.
"...Nuna tidak ingin kehilanganku, kan?" tanya nya. Aku mengangguk cepat.
Jungkook tersenyum senang lalu langsung memelukku begitu saja. Aku hendak membalas pelukan Jungkook hingga tiba-tiba saja pintu kamarku terbuka begitu saja.

"Kau bicara dengan siapa?" itu ibu ku. Ia memasang wajah bingung sekaligus cemas. Aku menoleh kearah Jungkook yang sudah melepaskan pelukannya.

"Jungkook." ujarku. Jungkook tersenyum kecil lalu menghampiri ibu ku lantas membungkukkan badannya.

"Teman khayalanmu saat kecil itu? Kau sudah besar, nak. Jungkook tidak benar-benar nyata! Ibu rasa kau harus ke psikiater secepatnya."


Aku tersenyum kecil mendengar ucapan ibu. Jungkook ikut tersenyum lalu berjalan menghampiriku.

"Aku akan bersama nuna sampai kapanpun. Nuna tidak ingin aku pergi, kan?" tanya Jungkook tepat di telinga kanan ku. Aku mengangguk pelan lalu kembali menoleh kearah ibu.

"Dia nyata, mom."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[!!] Gunakan bahasa yang sopan. Terima kasih.