·
Title:Summer Case.
· Author:Hanbirochan.
·
Main Cast:
Oh Sehun (EXO-k)
Oh Sehun (EXO-k)
·
Park Jun Young/Jun (LC9)
·
Kim Tae Hyung/V (BTS)
·
Shim Ye Jun (F.cuz)
·
Kim Rae Hyun (OC)
·
Park Sung Yeon (OC)
·
Support Cast:AS Kaeun,EXO Byun
Baekhyun.
·
Genre:School Life, Mysteri, AU,
Friendship.
· Length:Chaptered.
·
Rating: PG15.
Summary:Sebuah
teka-teki dan permainan tentang kematian yang berusaha dipecahkan sekelompok
remaja biasa. Semua berawal dari kasus bunuh diri salah satu murid ‘terbaik’ di
Seung-Hwa High school.
N/B:Untuk chapter ini saya focus kan ke
friendship+pengenalan tokoh-tokoh nya, agar nanti reader tidak bingung hehe. No
plagiat and happy reading~
**)
“Well, ini
cukup kekanakan. Maksudku, kenapa pembunuh itu mau bersusah payah melakukan hal
seperti ini? Memberikan polisi clue? Yang benar saja!” Ujar Sungyeon dengan
nada tinggi. Jujur saja, dia masih sangat enggan ikut serta dalam rencana
Sehun. Bermain detective detective -an
disaat ulangan akhir semester didepan mata? Tidak, terima kasih.
“Benar juga.” Taehyung mengangguk setuju. Tampaknya ia lupa jika salah satu dari oknum yang merencanakan rencana tersebut adalah dirinya sendiri. Laki-laki dengan rambut kecoklatan tersebut tampak berfikir sejenak lalu menoleh kearah Sehun. “Bagaimana menurutmu, tuan Oh? Kau yang terpintar disini.” Ucap Taehyung.
“Benar juga.” Taehyung mengangguk setuju. Tampaknya ia lupa jika salah satu dari oknum yang merencanakan rencana tersebut adalah dirinya sendiri. Laki-laki dengan rambut kecoklatan tersebut tampak berfikir sejenak lalu menoleh kearah Sehun. “Bagaimana menurutmu, tuan Oh? Kau yang terpintar disini.” Ucap Taehyung.
Sehun memutar bola matanya malas lalu menghembuskan
nafasnya pelan. “Mungkin pembunuh itu hanya ingin mencari sensasi.” Ucap Sungyeon
sembari menatap Sehun dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.
“Sensasi apa?” Tanya Rae yang kembali memperhatikan
foto-foto dihadapannya, gadis itu memegang foto tersebut dengan ujung jarinya.
Untuk ukuran orang normal, foto-foto mengerikan itu cukup menjijikan untuk
dilihat secara sekilas. “Pembunuh itu pasti tahu jika pihak sekolah akan menutupi
ini semua. Jika dia benar-benar hanya ingin mencari sensasi, seharusnya dia
melakukan hal yang lebih baik dari ini.” Tambah Rae, gadis itu melirik kearah
Sehun lalu menatapnya dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.
“Rae benar. Itulah yang harus kita cari tahu, apa
motif dibalik pembunuhan bodoh ini.” Ucap Sehun, laki-laki itu tersenyum kecil
sembari menatap ke-3 temannya satu persatu. “…Anggap saja ini refreshing sebelum menjalani ulangan
akhir semester.”
**)
“Permisi..” Jun menghampiri seorang anak laki-laki
berambut blonde yang sedang membawa beberapa buku. Laki-laki itu menghentikan
langkahnya lalu menoleh kearah Jun.
“Ya?” Tanya nya ramah, seulas senyum tergores
diwajah laki-laki itu. Jun tersenyum kecil, tampaknya laki-laki ini cukup
ramah. “Umm- saya murid baru disini, dan sepertinya saya tersesat.” Jawab Jun
sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Jika boleh jujur,
kemampuan bersosialisasi Jun sedikit buruk, dia lebih senang menyendiri dan
jarang sekali berbicara dengan orang lain. Jadi wajar saja jika kini ia merasa
sedikit gugup.
“Oh, murid baru ya umm- Park Jun Young-ssi, kau kelas apa?” Tanya laki-laki
dengan rambut blonde itu. “Oh ya, aku Shim Ye Jun.” tambahnya masih dengan
senyuman kecil.
“11-1.” Jawab Jun singkat. Yejun mengangguk paham lalu melirik kearah jam tangan yang melingkar di lengan kiri nya.
“11-1.” Jawab Jun singkat. Yejun mengangguk paham lalu melirik kearah jam tangan yang melingkar di lengan kiri nya.
“Baiklah, Jun Young-“
“Panggil saya Jun.” Jun memotong ucapan Yejun. Jujur
saja, Jun merasa risih jika ada yang memanggil nama lengkapnya. Yejun
mengangguk paham lalu sedikit membungkukan badannya.
“Baiklah, aku minta maaf, Jun-ah. Kau adik kelas ku, ngomong-ngomong.” Yejun terkekeh pelan; mencoba mencairkan suasana. “Aku akan ke perpustakaan sebentar, mengantar buku-buku ini. Setelah itu aku akan mengantarmu, bagaimana?” tawar Yejun.
Jun mengangguk setuju, lagipula tidak ada pilihan lain selain mengikuti kakak kelas nya ini.
“Terima kasih, sunbae.” Jun membungkukan badannya. Yejun kembali terkekeh pelan lalu menepuk pundak Jun. “Just call me hyung, huh. Kau formal sekali.”
“Baiklah, aku minta maaf, Jun-ah. Kau adik kelas ku, ngomong-ngomong.” Yejun terkekeh pelan; mencoba mencairkan suasana. “Aku akan ke perpustakaan sebentar, mengantar buku-buku ini. Setelah itu aku akan mengantarmu, bagaimana?” tawar Yejun.
Jun mengangguk setuju, lagipula tidak ada pilihan lain selain mengikuti kakak kelas nya ini.
“Terima kasih, sunbae.” Jun membungkukan badannya. Yejun kembali terkekeh pelan lalu menepuk pundak Jun. “Just call me hyung, huh. Kau formal sekali.”
Dan Jun hanya bisa tersenyum canggung saat mendengar
ucapan Yejun.
“Kau tahu, Jun-ah? Beberapa minggu terakhir terjadi
kasus bunuh diri di sekolah ini.” Ucap Yejun memecah keheningan yang sedari
tadi menyelimuti mereka berdua. Jun menoleh kearah Yejun tanpa berkomentar
sedikitpun, laki-laki itu lebih memilih untuk mendengarkan kakak kelas nya ini.
Mungkin saja ia bisa mendapatkan sedikit petunjuk.
“Pertama Krystal Jung, sayang sekali, padahal dia
sangat cantik. Hahaha. Setelah itu Kim Jong In, ketua tim basket sekolah.
Mereka berdua murid yang cukup terkenal dan pintar, eh.” Yejun tertawa kecil,
laki-laki itu berhenti tepat didepan pintu perpustakaan lalu menoleh kearah Jun
yang ikut menghentikan langkahnya. “ Kau datang disaat yang tidak tepat,
Jun-ya.” Ucap Yejun. Sesaat kemudian laki-laki dengan rambut blonde itu
tersenyum kecil.
“Kau tunggu disini, aku akan membereskan buku-buku ini sebentar.”
“Kau tunggu disini, aku akan membereskan buku-buku ini sebentar.”
**)
Jun memasuki kelas nya tepat saat bel pertanda masuk
berbunyi. Laki-laki itu menghembuskan nafasnya lega saat menyadari bahwa belum
ada guru yang masuk. Dengan langkah perlahan Jun berjalan menuju kursi nya
–tepat disamping Taehyung, dan kini ia tidak hanya melihat Taehyung, seorang
laki-laki blonde berwajah datar yang ia
ketahui sebagai ketua kelas, dan juga seorang gadis berambut raven yang juga mempunyai ekspresi
datar. Namun ada satu orang gadis lagi (yang ia yakini bukan berasal dari kelas
ini) sedang duduk diatas meja yang berada di sebelah meja nya. Jun menatap
mereka berempat dengan wajah tidak tertarik lalu duduk di kursi nya tanpa
menghiraukan suara berisik Taehyung dan tepukan di pundaknya.
“Ya, Jun Youngie, kau darimana saja? Aku kira kau tersesat.” Ujar Taehyung sembari duduk diatas meja Jun. Jun menoleh malas kearah Taehyung lalu menghembuskan nafasnya pelan.
“Panggil saya Jun,” ucap Jun, laki-laki itu menoleh kearah Taehyung lalu mulai mengeluarkan beberapa buku dari dalam tas nya. “…dan turunlah, kau menghalangi saya.” Tambah Jun datar. Taehyung mencibir pelan lalu turun dari meja Jun dan kembali duduk di tempat duduk nya.
“Sepertinya manusia batu dikelas ini bertambah. Hah. Rae dan Sehun saja sudah membuatku pusing.” Gumam Taehyung asal. Dan kini Rae yang sedari tadi tampak focus dengan komik yang ia baca sudah siap melemparkan kamus Jerman-Korea nya lagi kearah Taehyung, sedangkan Sehun hanya bisa menggeleng pelan. “Dia siapa? Murid baru?” Yeon menunjuk kearah Jun yang tampak focus pada buku tebal yang sedang ia baca. Sehun mengangguk pelan.
“Ya, Jun Youngie, kau darimana saja? Aku kira kau tersesat.” Ujar Taehyung sembari duduk diatas meja Jun. Jun menoleh malas kearah Taehyung lalu menghembuskan nafasnya pelan.
“Panggil saya Jun,” ucap Jun, laki-laki itu menoleh kearah Taehyung lalu mulai mengeluarkan beberapa buku dari dalam tas nya. “…dan turunlah, kau menghalangi saya.” Tambah Jun datar. Taehyung mencibir pelan lalu turun dari meja Jun dan kembali duduk di tempat duduk nya.
“Sepertinya manusia batu dikelas ini bertambah. Hah. Rae dan Sehun saja sudah membuatku pusing.” Gumam Taehyung asal. Dan kini Rae yang sedari tadi tampak focus dengan komik yang ia baca sudah siap melemparkan kamus Jerman-Korea nya lagi kearah Taehyung, sedangkan Sehun hanya bisa menggeleng pelan. “Dia siapa? Murid baru?” Yeon menunjuk kearah Jun yang tampak focus pada buku tebal yang sedang ia baca. Sehun mengangguk pelan.
“Kalian belum berkenalan, kan? Baiklah, ini Oh
Sehun, dia ketua kelas. Yang ini Kim Rae Hyun, kau panggil saja Rae, dia
makhluk a- Yak!” Taehyung meringis pelan saat sebuah kamus tebal kembali
mendarat dengan sangat tidak elite di kepalanya. Jun yang sedari tadi focus
pada bukunya sedikit tersenyum geli saat melihat adegan tadi. Sedikit sekali,
bahkan mungkin tidak ada yang sadar jika itu adalah sebuah senyuman.
“Kau tampan juga, eh. Park Sung Yeon imnida! Jun-ya,
senang berkenalan denganmu.” Sungyeon berkata dengan nada ceria, seulas senyum
manis terukis diwajahnya. Membuat Rae dan Taehyung yang sedari tadi sedang
beradu deathglare mual seketika.
“….Ya.” gumam Jun pelan. Oh, kenapa dia tidak bisa tinggal di sekolah ini dan menjalankan tugas nya dengan tenang?
“….Ya.” gumam Jun pelan. Oh, kenapa dia tidak bisa tinggal di sekolah ini dan menjalankan tugas nya dengan tenang?
“Bukankah waktu istirahat sudah berakhir? Kenapa kau
masih ada disini?” Tanya Jun pada Sungyeon. Jujur saja, laki-laki itu merasa
jika gadis dengan marga yang sama dengannya itu tidak jauh berbeda dari
Taehyung. Taehyung saja sudah sangat berisik, dan sekarang bertambah lagi
makhluk dengan spesies yang sama. “Ah itu, para guru sedang mengadakan rapat.
Dan kami bebas sampai pulang nanti. Jika kau ingin pulang sekarang, silahkan
saja.” Jawab Sungyeon.
“….Apa kau tinggal di asrama?” Tanya Sungyeon. Jun mengangguk pelan. Seung-hwa senior high school, sekolah mereka, memang menyediakan asrama bagi murid-murid nya. Namun ada beberapa murid yang lebih memilih untuk tinggal di rumahnya sendiri, ada juga yang memilih untuk tinggal di asrama dengan alasan ingin mandiri. Dan Raehyun, Sungyeon, Sehun dan Taehyung adalah salah satunya.
“Whoa! Sungguh? Pantas saja tadi malam aku dengar ada murid pindahan baru di kamar 101. Ternyata kau, berarti kau tetangga ku!” ujar Taehyung antusias. Jun menatap Taehyung datar lalu mulai membaca buku yang ia keluarkan tadi.
“….Apa kau tinggal di asrama?” Tanya Sungyeon. Jun mengangguk pelan. Seung-hwa senior high school, sekolah mereka, memang menyediakan asrama bagi murid-murid nya. Namun ada beberapa murid yang lebih memilih untuk tinggal di rumahnya sendiri, ada juga yang memilih untuk tinggal di asrama dengan alasan ingin mandiri. Dan Raehyun, Sungyeon, Sehun dan Taehyung adalah salah satunya.
“Whoa! Sungguh? Pantas saja tadi malam aku dengar ada murid pindahan baru di kamar 101. Ternyata kau, berarti kau tetangga ku!” ujar Taehyung antusias. Jun menatap Taehyung datar lalu mulai membaca buku yang ia keluarkan tadi.
“Well, ayo kita makan keluar. 7 jam berkutat dengan
soal Bahasa Inggris dan Fisika sudah membuatku cukup mual.” Ujar Sehun sembari
mengambil tas nya. Laki-laki itu melirik kearah Jun yang tampak masih focus
dengan buku yang ia pegang. “Kau ingin ikut, Jun-ssi?” Tawar Sehun. Jun menoleh sekilas lalu menggeleng pelan.
“Tidak. Saya akan kembali ke asrama dan membereskan
beberapa barang saya. Terima kasih ajakannya, Sehun-ssi.” Ujar Jun. laki-laki itu mengambil tas nya lalu beranjak,
sedikit membungkuk dan setelah itu berlalu begitu saja.
“Dia formal sekali.” Ucap Sungyeon sembari
memperhatikan Jun yang kini sudah keluar dari kelas, gadis itu menghembuskan
nafasnya pelan lalu tersenyum kecil. “Tapi tampan. Hah.” Tambah Sungyeon dengan
pipi yang sedikit merona, Raehyun menatap geli sepupu nya itu lalu menggeleng
pelan.
“Jun tidak akan mau pada gadis sepertimu, eonni.” Ucap Raehyun sembari membereskan
buku nya, gadis itu melirik kearah Sungyeon yang sedang menatapnya dengan
ekspresi kesal. “Lagipula, Baekhyun sunbae akan kau kemanakan?” Tanya Raehyun.
Seketika juga ekspresi Sungyeon berubah drastis,
gadis itu memasang cengiran khas nya lalu menggaruk belakang kepalanya yang
tidak gatal.
“Dia tetap dihatiku. Tentu saja.” Ucapnya.
“Dia tetap dihatiku. Tentu saja.” Ucapnya.
“…Oh ya, Sehun-ya. Aku tidak ikut ya? Baekhyun oppa
sedang latihan untuk pentas drama 3 hari lagi! Aku akan melihatnya.” Ujar
Sungyeon antusias. Sehun menatapnya malas lalu mengangkat bahu nya tidak
peduli.
“Terserah.” Ucap Sehun. Laki-laki itu terdiam sesaat
lalu menoleh kearah Taehyung. “Bukankah kau ikut serta dalam drama itu?” Tanya
Sehun. Taehyung mengangguk lalu tersenyum kecil.
“Ya. Aku tidak ikut juga, ya. Hehe. Kau dan Rae saja
yang pergi, anggap saja kalian sedang kencan.” Ucap Taehyung, seulas senyum
jahil disertai sebuah kedipan mata sukses membuat buku ke-5 Harry potter mendarat
dengan mulus dikepalanya. Rae mendengus kecil saat lemparannya kembali tepat
sasaran, gadis itu meraih tas nya lalu mengambil buku Harry potter miliknya
yang tadi ia pakai untuk ‘mencium’ kepala Taehyung.
“Aku akan ke toko buku.” Ucap Raehyun, ia melirik
kearah ketiga temannya satu persatu, sebuah tawa kecil keluar dari bibirnya
saat melihat Taehyung yang tampak meringis kesakitan. “Annyeong.” Raehyun
membungkukkan badannya lalu berlalu begitu saja.
“…..Kapan kalian akan akur?” Tanya Sungyeon yang
menatap Taehyung dengan tatapan miris. Taehyung menoleh kearah Sungyeon lalu
mengangkat bahu nya.
“Aku akan sangat senang jika korban selanjutnya dari
pembunuh itu adalah Rae, sungguh.”
**)
“Ya. Semuanya baik-baik saja.” Ucap Jun pelan
sembari menelusuri lorong asrama nya yang cukup luas. Laki-laki itu mengedarkan
pandangannya; memastikan bahwa tidak ada yang mendengar percakapannya dengan atasannya. Berbahaya.
Jun melirik kearah handphone nya lalu kembali menempelkanya pada telinga kiri nya. “Saya akan berhati-hati, tenang saja.” Ujar Jun.
“Ini baru hari pertama. Saya sudah mengumpulkan data tentang para murid, guru, dan pegawai yang berada disini.” Jun membuka pintu kamar nya lalu melemparkan tas nya begitu saja. Laki-laki itu kembali menutup pintu kamar nya lalu menghembuskan nafasnya pelan saat sang atasan memutus percakapan mereka. Ucapan terakhir sang atasan sedikit mengganggu pikirannya.
Jun melirik kearah handphone nya lalu kembali menempelkanya pada telinga kiri nya. “Saya akan berhati-hati, tenang saja.” Ujar Jun.
“Ini baru hari pertama. Saya sudah mengumpulkan data tentang para murid, guru, dan pegawai yang berada disini.” Jun membuka pintu kamar nya lalu melemparkan tas nya begitu saja. Laki-laki itu kembali menutup pintu kamar nya lalu menghembuskan nafasnya pelan saat sang atasan memutus percakapan mereka. Ucapan terakhir sang atasan sedikit mengganggu pikirannya.
“Jangan
terlalu serius menghadapi kasus ini, Jun. Aku yakin kau dapat dengan mudah
memecahkannya. Sudah seharusnya remaja seusia-mu menikmati kehidupan sekolah
seperti remaja lain, jangan hanya berkutat didepan laptop, buku-buku dan
setumpuk kertas serta data kasus yang sudah seperti teman bagimu. Anggap ini
liburan, Park Jun Young.”
Jun menghembuskan nafasnya kecil. Berlibur disaat
ada pembunuhan yang tidak jelas siapa pelaku dan motif nya? Tidak, terima
kasih.
Jun menjatuhkan tubuhnya keatas ranjang berukuran sedang yang berada di kamar baru nya tersebut lalu menatap layar handphone nya dengan tatapan datar, laki-laki itu tampak sedang mengetik sesuatu lalu kembali menempelkan benda kecil itu pada telinga kiri nya.
Jun menjatuhkan tubuhnya keatas ranjang berukuran sedang yang berada di kamar baru nya tersebut lalu menatap layar handphone nya dengan tatapan datar, laki-laki itu tampak sedang mengetik sesuatu lalu kembali menempelkan benda kecil itu pada telinga kiri nya.
“Tuan Jang, bisa kirimkan rekaman cctv di TKP saat
kejadian berlangsung? Terima kasih.” Jun menutup handphone nya tanpa mendengar
ucapan lawan bicaranya sedikitpun. Laki-laki itu beranjak lalu menoleh sekilas
kearah sebuah laptop yang berada diatas meja belajar nya.
“Well, bagaimanapun juga tujuan saya datang kesini untuk bekerja.” Gumamnya pelan, Jun menghembuskan nafasnya pelan lalu berjalan kearah laptop berwarna hitam yang sudah seperti sahabat baginya.
Jun mulai menyalakan laptop tersebut dan mulai memasang earphone nya, tidak lama kemudian muncullah sosok seorang laki-laki paruh baya dengan rambut yang mulai memutih namun terlihat masih sangat sehat. Laki-laki paruh baya itu tersenyum kearah Jun yang masih menatap layar laptop nya dengan datar.
“Well, bagaimanapun juga tujuan saya datang kesini untuk bekerja.” Gumamnya pelan, Jun menghembuskan nafasnya pelan lalu berjalan kearah laptop berwarna hitam yang sudah seperti sahabat baginya.
Jun mulai menyalakan laptop tersebut dan mulai memasang earphone nya, tidak lama kemudian muncullah sosok seorang laki-laki paruh baya dengan rambut yang mulai memutih namun terlihat masih sangat sehat. Laki-laki paruh baya itu tersenyum kearah Jun yang masih menatap layar laptop nya dengan datar.
“Hai, nak.” Ucap laki-laki itu. Jun menghembuskan
nafasnya pelan lalu sedikit menundukkan kepalanya sesaat.
“Hai, ayah.”
“Bagaimana kabarmu?”
“Tidak usah basa-basi, tuan Park. Kau tahu saya
dapat mengerjakan tugas seperti ini di rumah, kenapa mengirim saya ke asrama
seperti ini segala?” Jun berkata dengan nada tegas namun masih terkesan dingin,
wajahnya datar dan tenang seperti biasa.
“Bukankah turun langsung ke lapangan lebih
menyenangkan, Junnie? Lagipula, kepala sekolah mu lah yang meminta ayah untuk
menyelidiki kasus ini secara diam-diam. Dan kau lah orang yang tepat untuk
menyelidikinya, Junnie. Bagaimana hari pertamamu di sekolah?”
“Sudah saya bilang tidak usah basa-basi. Bisa tolong
kirimkan data lengkap dari kedua korban? Kemarin kau hanya mengirimkan foto
Krystal Jung saja.”
“Baiklah.” Laki-laki paruh baya itu menghembuskan
nafasnya pelan. Tidak lama kemudian muncullah sebuah foto-foto serta data dari
seorang gadis bernama Jung Soo Joong serta seorang laki-laki bernama Kim Jong
In di layar laptop Jun. Laki-laki dengan surai raven tersebut membaca data diri
korban dengan sangat teliti.
“Ditemukan tergantung di atas ring basket, eh? Lucu
sekali.” Gumam Jun sembari menatap gambaran seorang laki-laki berkulit sedikit
gelap yang tampak tergantung diatas ring basket, dan yang paling mencolok dari
foto itu adalah; tubuh nya telanjang. Dan terdapat sebuah luka jahitan di perutnya.
Sama seperti Krystal Jung.
“Pelaku mengambil isi perut korban.” Jelas laki-laki
paruh baya yang tadi bercakap dengan Jun, kini hanya suara laki-laki paruh baya
itu saja yang terdengar. “Nanti malam kau dapat langsung ke TKP jika kau mau.
Pihak sekolah sudah memberi tahu kepada seluruh siswa untuk tidak datang ke
ruang olahraga sampai batas waktu yang ditetapkan.” Tambah laki-laki paruh baya
itu.
“Baiklah. Terima kasih, tuan Park.” Jun memutuskan
hubungannya dengan laki-laki paruh baya yang ia panggil ‘tuan’ tersebut.
Jun menghembuskan nafasnya pelan, beberapa saat
kemudian ia membuka beberapa file yang baru saja ia terima beberapa menit yang
lalu. “Rekaman CCTV di ruang olahraga, lorong menuju ruang olahraga dan juga
lorong menuju kolam renang, pintu masuk dan um-“ Jun melihat nama-nama file
tersebut dengan tatapan malas.
“Tuan Jang. Bisa saya minta rekaman CCTV di lorong asrama laki-laki dan perempuan saat kejadian berlangsung? Tidak, 1 jam sebelum dan sesudah kejadian tersebut.” Ucap Jun. Tidak lama kemudian terdengar suara berat seorang laki-laki dari earphone nya.
“Tuan Jang. Bisa saya minta rekaman CCTV di lorong asrama laki-laki dan perempuan saat kejadian berlangsung? Tidak, 1 jam sebelum dan sesudah kejadian tersebut.” Ucap Jun. Tidak lama kemudian terdengar suara berat seorang laki-laki dari earphone nya.
“Tentu, tuan Jun.”
“Terima kasih.”
**)
“Aku akan membunuhmu, tuan. Aku akan membalaskan
dendam kedua orang tuaku padamu.” Seorang laki-laki dengan rambut kecoklatan
tampak sedang mengarahkan pistol tepat didepan seorang laki-laki lain.
“Taehyung-ya, ekspresi mu kurang.” Teriak seorang
gadis yang sedari tadi memperhatikan kedua laki-laki yang kini sedang berdiri
diatas panggung. Taehyung mendesah pelan lalu menoleh kearah gadis itu.
“Baiklah, Kaeun noona.” Teriak Taehyung, laki-laki
itu menurunkan pistol yang ia pegang lalu menoleh kearah laki-laki dihadapannya
yang kini sedang tersenyum kecil. “Melelahkan, bukan?” Tanya laki-laki itu.
Taehyung tersenyum simpul.
“Ya, Baekhyun hyung. Acting ku tidak sebagus kau.”
Ujar Taehyung. Baekhyun tertawa kecil lalu menepuk pundak Taehyung.
“Kau juga bagus, Taehyung-ya.” Ucap Baekhyun. Sesaat
kemudian kedua laki-laki itu tertawa bersama.
“Baiklah, break 30 menit. Omong-omong, Kim Tae
Hyung. Itu bukan pistol mu, itu milik Minhyun.” Teriak Kaeun. Taehyung menoleh
kearah Kaeun lalu menunjuk pistol mainan yang ia pegang. “Oh ini milik tiang
berjalan itu? Kenapa punya nya lebih bagus dariku? Ini terlihat seperti asli!
Kau curang noona! Yang pemeran utama nya kan aku, bukan Minhyun.” Taehyung
merengek tidak jelas, membuat siapapun yang melihatnya akan tertawa
terbahak-bahak.
“Punyamu sudah dirancang khusus, Taehyungie. Jadi
jika pelatuk nya ditarik, akan keluar suara tembakan betulan.” Ujar Kaeun mencoba
bersikap tenang. Taehyung mendesis pelan lalu memasang wajah layaknya anak
kecil. “Sungguh?” Tanya Taehyung. Kaeun mengangguk pelan.
“Baiklah kalau begitu!” Taehyung tersenyum lebar,
laki-laki dengan rambut kecoklatan tersebut langsung berlari begitu saja menuju
backstage. Sedangkan Baekhyun hanya
bisa terkekeh pelan sembari menggelengkan kepalanya.
TBC.
Hallo semuanya! Saya kembali! Hehehe
/nyengir//masangmukainnocent/
Pendek? Berantakan? Jelek? Ancur? Saya tahu dan
sadar betul akan hal itu, kok. Maaf juga kalau update nya lama, sibuk UTS. Apa
ada yang nunggu lanjutan ff ini? #gakada #pulang #okebye.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
[!!] Gunakan bahasa yang sopan. Terima kasih.