Title:Summer
case.
Author:Hanbirochan.
Genre:School
life,AU,Mysteri, a little bit Friendship.
Rate:PG15.
Length:Chaptered.
Main
Cast:
Park
Jun Young (LC9’s Jun)
Oh
Se Hun (EXO-K)
Kim
Tae Hyung (BangtanBoys’ V)
Kim
Rae Hyun (OC)
Park
Sung Yeon (OC)
Other?
You’ll find it later~
N/B:Haaai saya kembali! Setelah ff confession dan
banyak ff lainnya terlantar, kini saya membawa ff baru /dirajam/
Anyway, ditengah persiapan turnamen dan kumpulan pr
sialan, kini saya mencoba membuat ff dengan genre baru uhuk yang tidak
biasa saya buat. Jadi maaf kalau ff ini tidak sesuai dengan yang diharapkan
hoho.
Disclaimer:Demi
apapun saya sangat ingin meng-klaim Sehun, V dan Jun sebagai milik saya. Tapi
pada kenyataannya mereka milik Tuhan, agensi mereka, keluarga serta fans
mereka. Terinspirasi dari banyak hal.
Plagiat?
Masih punya malu, kan? Kkkkk~
Summary:Sebuah
teka-teki dan permainan tentang kematian yang berusaha dipecahkan sekelompok
remaja biasa. Saya tahu saya gak bisa bikin summary,
rawr.
*)
Seorang
laki-laki tampak sedang berlari dengan tergesa-gesa menelusuri koridor sekolah
yang cukup luas. Laki-laki itu melirik sekilas kearah jam tangan berwarna hitam
yang melingkar di tangan kanannya, sesaat kemudian wajahnya menjadi panik.
“Mati kau, Kim Tae-Hyung.” Gumamnya dengan nada khawatir. Laki-laki berambut
cokelat dengan nametag ‘Kim Tae
Hyung’ tersebut menghentikan langkahnya saat melihat segerombolan orang sedang
berkumpul didepan ruang olahraga, terdapat beberapa guru yang tampak sedang mengelillingi
sesuatu. Entah apa itu, TaeHyung tidak dapat melihatnya dengan jelas karena
begitu banyak murid berkumpul disana.
TaeHyung mengangkat bahu nya malas. Tidak penting. Laki-laki itu kembali melirik kearah jam tangan nya dan seketika juga matanya membulat sempurna. Sedetik kemudian TaeHyung kembali melangkahkan kaki nya dengan cepat, tidak mempedulikan celaan beberapa murid yang tidak sengaja ia tabrak.
TaeHyung mengangkat bahu nya malas. Tidak penting. Laki-laki itu kembali melirik kearah jam tangan nya dan seketika juga matanya membulat sempurna. Sedetik kemudian TaeHyung kembali melangkahkan kaki nya dengan cepat, tidak mempedulikan celaan beberapa murid yang tidak sengaja ia tabrak.
“Sehun-ah!
Rae-ah!” teriak Taehyung saat memasuki kelas, laki-laki itu mengatur nafasnya
yang tersengar-sengal lalu tersenyum dengan wajah innocent.
“Kau terlambat 4 detik, Kim Tae Hyung.” Ucap seorang laki-laki berambut blonde sembari melirik kearah jam tangan berwarna cokelat yang melingkar di tangan kanannya. Taehyung menghampiri laki-laki tersebut lalu duduk disampingnya.
“Kau terlalu teliti, Oh Sehun.” Ucap seorang gadis sembari menyikut lengan laki-laki berambut blonde bernama Oh Sehun tersebut. Sehun tidak mempedulikan gadis tersebut lalu kembali menoleh kearah Taehyung. “Mana?” Tanya Sehun. Taehyung tersenyum kecil lalu mengangkat tas sekolahnya. “Semuanya ada disini, tenang saja.”
“Kau terlambat 4 detik, Kim Tae Hyung.” Ucap seorang laki-laki berambut blonde sembari melirik kearah jam tangan berwarna cokelat yang melingkar di tangan kanannya. Taehyung menghampiri laki-laki tersebut lalu duduk disampingnya.
“Kau terlalu teliti, Oh Sehun.” Ucap seorang gadis sembari menyikut lengan laki-laki berambut blonde bernama Oh Sehun tersebut. Sehun tidak mempedulikan gadis tersebut lalu kembali menoleh kearah Taehyung. “Mana?” Tanya Sehun. Taehyung tersenyum kecil lalu mengangkat tas sekolahnya. “Semuanya ada disini, tenang saja.”
**)
“Park
Jun Young-ssi, maaf karena terjadi insiden seperti ini di hari pertama mu
sekolah disini.” Ucap seorang laki-laki paruh baya sembari membungkukkan
badannya kearah seorang laki-laki berseragam sekolah yang terlihat sekitar 40
tahun lebih muda dari laki-laki tersebut.
“Tidak apa-apa. Hanya kebetulan. Dan ah, panggil aku Jun, Lee sajangnim.” Jun ikut membungkukkan badannya. Bagamanapun juga laki-laki tua dihadapannya ini adalah pemilik sekolah barunya.
Jun memperhatikan murid-murid yang sedang mengelilingi ruang olahraga tersebut, sesaat kemudian seulas senyum tipis terukis diwajahnya. Tipis dan terkesan merendahkan.
“Ayah mu sudah menitipkanmu disini, semoga kau betah tinggal di Asrama dan sekolah disini, Park- um maksud saya, Jun-ssi. Kau berada di kelas 11-1.” Ucap Lee sajangnim sembari menyamakan langkahnya dengan Jun yang tampak tidak memperhatikan ucapannya tersebut, laki-laki itu terlalu sibuk memperhatikan sekelillingnya. Jun menghentikan langkahnya didepan sebuah kelas, sesaat kemudian laki-laki dengan rambut berwarna hitam pekat itu menoleh kearah Lee sajangnim yang berada di samping nya. “Ini?” Tanya Jun. Lee Sajangnim mengangguk, laki-laki paruh baya itu mempersilahkan Jun masuk.
“Saya akan kembali ke kantor dan mengurus insiden tadi.” Ucap Lee sajangnim. Jun bergumam pelan lalu membungkukkan badannya tanpa berbicara sedikitpun, sesaat kemudian Jun memasuki kelas barunya tersebut.
“Tidak apa-apa. Hanya kebetulan. Dan ah, panggil aku Jun, Lee sajangnim.” Jun ikut membungkukkan badannya. Bagamanapun juga laki-laki tua dihadapannya ini adalah pemilik sekolah barunya.
Jun memperhatikan murid-murid yang sedang mengelilingi ruang olahraga tersebut, sesaat kemudian seulas senyum tipis terukis diwajahnya. Tipis dan terkesan merendahkan.
“Ayah mu sudah menitipkanmu disini, semoga kau betah tinggal di Asrama dan sekolah disini, Park- um maksud saya, Jun-ssi. Kau berada di kelas 11-1.” Ucap Lee sajangnim sembari menyamakan langkahnya dengan Jun yang tampak tidak memperhatikan ucapannya tersebut, laki-laki itu terlalu sibuk memperhatikan sekelillingnya. Jun menghentikan langkahnya didepan sebuah kelas, sesaat kemudian laki-laki dengan rambut berwarna hitam pekat itu menoleh kearah Lee sajangnim yang berada di samping nya. “Ini?” Tanya Jun. Lee Sajangnim mengangguk, laki-laki paruh baya itu mempersilahkan Jun masuk.
“Saya akan kembali ke kantor dan mengurus insiden tadi.” Ucap Lee sajangnim. Jun bergumam pelan lalu membungkukkan badannya tanpa berbicara sedikitpun, sesaat kemudian Jun memasuki kelas barunya tersebut.
“Ah,
kau murid baru itu, ya?” Tanya seorang wanita berusia sekitar 30-an sembari
tersenyum kearah Jun,wajah wanita itu terlihat masih cantik dan muda, namun
dari penampilannya bisa dipastikan jika wanita itu adalah seorang guru. Jun
mengangguk lalu menghampiri wanita tersebut. “Perkenalkan dirimu.” Ucap wanita
itu.
Jun kembali mengangguk lalu menoleh kearah 28 murid yang berada dikelas ini, terdapat beberapa murid yang sedang ber bisik-bisik atau bahkan murid yang tampak tidak peduli dengan kehadirannya.
“Park Jun Young.” Ucap Jun singkat. Semuanya terdiam, menunggu apalagi yang akan keluar dari bibir laki-laki berambut hitam pekat tersebut. Hening, Jun tidak mengatakan apapun lagi. Mereka hanya perlu tahu namanya, bukan? Selebihnya tidak begitu penting.
“Baiklah, saya Victoria Song, guru Bahasa Inggris sekaligus wali kelas disini. Kau bisa duduk disana, Park Jun Young-ssi.” Ucap Victoria sembari menunjuk bangku kosong disamping seorang laki-laki berambut cokelat yang sedang tersenyum aneh kearah Jun. Jun menghembuskan nafasnya lalu mengangguk kecil.
Jun kembali mengangguk lalu menoleh kearah 28 murid yang berada dikelas ini, terdapat beberapa murid yang sedang ber bisik-bisik atau bahkan murid yang tampak tidak peduli dengan kehadirannya.
“Park Jun Young.” Ucap Jun singkat. Semuanya terdiam, menunggu apalagi yang akan keluar dari bibir laki-laki berambut hitam pekat tersebut. Hening, Jun tidak mengatakan apapun lagi. Mereka hanya perlu tahu namanya, bukan? Selebihnya tidak begitu penting.
“Baiklah, saya Victoria Song, guru Bahasa Inggris sekaligus wali kelas disini. Kau bisa duduk disana, Park Jun Young-ssi.” Ucap Victoria sembari menunjuk bangku kosong disamping seorang laki-laki berambut cokelat yang sedang tersenyum aneh kearah Jun. Jun menghembuskan nafasnya lalu mengangguk kecil.
“Ya,
aku Kim Tae Hyung. Jadi kau murid pindahan itu, ya? Orang-orang bilang kau
murid yang pintar, benarkah? Woaa beruntungnya aku,” ucap TaeHyung antusias
saat Jun duduk disampingnya. Jun mendengus kecil lalu menoleh kearah TaeHyung
sembari menatapnya malas. “Beruntung?” Jun mengulangi ucapan Taehyung. Taehyung
mengangguk lalu memasang cengiran khas nya; membuat matanya terlihat seperti
guratan berwarna hitam.
“Aku bisa bertanya padamu saat ulangan!” ucap Taehyung antusias. Jun menghembuskan nafasnya pelan lalu kembali focus pada papan tulis didepan. “Terserah.”
“Aku bisa bertanya padamu saat ulangan!” ucap Taehyung antusias. Jun menghembuskan nafasnya pelan lalu kembali focus pada papan tulis didepan. “Terserah.”
**)
Bel istirahat sudah berbunyi sejak 2 menit yang
lalu. Kini hanya tampak beberapa murid saja yang berada di dalam kelas ber-cat
putih dengan ukuran cukup luas dan fasilitas yang ‘wah’, sekolah itu salah satu
sekolah elite, ingat?
“Jadi ada yang bunuh diri lagi? Maksudku, dalam 2 minggu terakhir ada 2 orang yang bunuh diri. Tidak masuk akal.” Ucap Taehyung saat mendengar cerita dari Sehun. Laki-laki bersurai pirang tersebut mengangguk setuju.
“Seperinya pihak sekolah sengaja menyebut insiden ini hanya sebuah insiden ‘bunuh diri’ biasa agar kita tidak khawatir.” Ujar Sehun. Wajah Sehun yang biasanya datar kini tampak serius, namun tetap stoic seperti biasanya. Biasa? Ya, bukan sebuah rahasia lagi jika bunuh diri di kalangan pelajar di Korea Selatan bukan hal yang aneh, sudah sangat banyak pelajar SMA yang bunuh diri karena memiliki mental yang lemah, putus asa, atau bahkan karena kecewa gara-gara tidak lulus masuk universitas yang mereka inginkan.
“Tidak khawatir? Aku tidak sebodoh itu percaya pada ucapan kepala sekolah dan guru-guru disini. 2 murid terbaik di sekolah ini bunuh diri dengan cara yang mengenaskan dalam kurun waktu 2 minggu itu tidak masuk akal.” Kini Rae yang bersuara. Gadis dengan surai hitam pekat tersebut memainkan pensil yang ia pegang. Jika boleh jujur, Rae sangat ingin keluar dari kelas lalu melesat ke kantin dan memesan 2 porsi lasagna ditambah milkshake coklat. Namun apa daya kedua teman nya ini memaksa nya untuk tinggal dan menjalankan ‘rencana’ mereka. Rencana bodoh, tepatnya. Taehyung dan Sehun mengangguk setuju atas ucapan Rae, mereka berdua tampak berfikir sejenak. “Oh ya, mana Sungyeon?” Tanya Sehun.
Taehyung mengangkat bahu nya, sedangkan Rae hanya diam sembari tetap memainkan pensil yang ia pegang. Sehun mendengus pelan, bagaimanapun juga, dia tidak bisa memulai ‘rencana’ mereka tanpa hadirnya makhluk bernama Park Sung Yeon tersebut. Ya, Sungyeon adalah teman mereka sekaligus saudara sepupu Rae, dan sayangnya gadis dengan marga Park tersebut tidak satu kelas dengan ketiga temannya itu.
“Jadi ada yang bunuh diri lagi? Maksudku, dalam 2 minggu terakhir ada 2 orang yang bunuh diri. Tidak masuk akal.” Ucap Taehyung saat mendengar cerita dari Sehun. Laki-laki bersurai pirang tersebut mengangguk setuju.
“Seperinya pihak sekolah sengaja menyebut insiden ini hanya sebuah insiden ‘bunuh diri’ biasa agar kita tidak khawatir.” Ujar Sehun. Wajah Sehun yang biasanya datar kini tampak serius, namun tetap stoic seperti biasanya. Biasa? Ya, bukan sebuah rahasia lagi jika bunuh diri di kalangan pelajar di Korea Selatan bukan hal yang aneh, sudah sangat banyak pelajar SMA yang bunuh diri karena memiliki mental yang lemah, putus asa, atau bahkan karena kecewa gara-gara tidak lulus masuk universitas yang mereka inginkan.
“Tidak khawatir? Aku tidak sebodoh itu percaya pada ucapan kepala sekolah dan guru-guru disini. 2 murid terbaik di sekolah ini bunuh diri dengan cara yang mengenaskan dalam kurun waktu 2 minggu itu tidak masuk akal.” Kini Rae yang bersuara. Gadis dengan surai hitam pekat tersebut memainkan pensil yang ia pegang. Jika boleh jujur, Rae sangat ingin keluar dari kelas lalu melesat ke kantin dan memesan 2 porsi lasagna ditambah milkshake coklat. Namun apa daya kedua teman nya ini memaksa nya untuk tinggal dan menjalankan ‘rencana’ mereka. Rencana bodoh, tepatnya. Taehyung dan Sehun mengangguk setuju atas ucapan Rae, mereka berdua tampak berfikir sejenak. “Oh ya, mana Sungyeon?” Tanya Sehun.
Taehyung mengangkat bahu nya, sedangkan Rae hanya diam sembari tetap memainkan pensil yang ia pegang. Sehun mendengus pelan, bagaimanapun juga, dia tidak bisa memulai ‘rencana’ mereka tanpa hadirnya makhluk bernama Park Sung Yeon tersebut. Ya, Sungyeon adalah teman mereka sekaligus saudara sepupu Rae, dan sayangnya gadis dengan marga Park tersebut tidak satu kelas dengan ketiga temannya itu.
“Yeon eonni paling sedang menjadi stalker Baekhyun
sunbae.” Ucap Rae asal. Dan kini sebuah ketukan keras berhasil mendarat di kepala
nya. “Apa maksudmu, huh?” suara seorang gadis memekakan telinga Rae.
Rae menoleh kearah sumber suara tersebut dan menemukan orang yang menjitak kepalanya tadi, siapa lagi kalau bukan Park Sung Yeon?
“Sejak kapan kau ada disini?” Tanya Rae kesal dengan ekspresi datar. Mungkin setelah ini ia akan menyiapkan rencana untuk membunuh saudara-sepupu-sialan-kesayangannya ini atau mendorong nya dari lantai 4 sekolah nya.
“Sejak tadi, bodoh.” Jawab Yeon dengan nada kesal sembari duduk disamping Rae, gadis yang lebih tua satu tahun dari Rae tersebut memperhatikan Sehun dan Taehyung yang tampak terdiam melihat pertengkaran kecil tadi. “Jadi, kau punya rencana apa, Sehun-ah?” Tanya Yeon.
Sehun berdehem pelan lalu mengeluarkan sesuatu dari tas Taehyung yang sedari tadi sudah ia pegang.
Rae menoleh kearah sumber suara tersebut dan menemukan orang yang menjitak kepalanya tadi, siapa lagi kalau bukan Park Sung Yeon?
“Sejak kapan kau ada disini?” Tanya Rae kesal dengan ekspresi datar. Mungkin setelah ini ia akan menyiapkan rencana untuk membunuh saudara-sepupu-sialan-kesayangannya ini atau mendorong nya dari lantai 4 sekolah nya.
“Sejak tadi, bodoh.” Jawab Yeon dengan nada kesal sembari duduk disamping Rae, gadis yang lebih tua satu tahun dari Rae tersebut memperhatikan Sehun dan Taehyung yang tampak terdiam melihat pertengkaran kecil tadi. “Jadi, kau punya rencana apa, Sehun-ah?” Tanya Yeon.
Sehun berdehem pelan lalu mengeluarkan sesuatu dari tas Taehyung yang sedari tadi sudah ia pegang.
“Taehyung yang menyiapkan ini semua,” ekspresi datar
Sehun kini lenyap seketika, tergantikan oleh seulas senyuman aneh yang tidak
dapat diartikan. Sehun mengeluarkan beberapa penyadap, kamera kecil, dan
hal-hal aneh lainnya. Sedangkan Taehyung hanya dapat tersenyum bangga.
Rae dan Yeon yang sedari tadi memperhatikan Sehun
kini terdiam. Beberapa saat kemudian Rae mendengus kecil. “Jadi ini rencanamu?
Tidak, aku tidak ikut.” Ucap Rae yang mengerti apa yang lelaki berambut blonde
itu rencanakan. Rencana gila.
Yeon menoleh kearah Rae lalu memasang ekspresi tidak mengerti. “Kau tahu apa yang direncanakan Sehun?” Tanya Yeon. Rae menghembuskan nafasnya pelan tanpa menjawab pertanyaan Yeon.
“Kau gila.” Ucap Rae.
Yeon menoleh kearah Rae lalu memasang ekspresi tidak mengerti. “Kau tahu apa yang direncanakan Sehun?” Tanya Yeon. Rae menghembuskan nafasnya pelan tanpa menjawab pertanyaan Yeon.
“Kau gila.” Ucap Rae.
Sehun mendengus kecil lalu membenarkan posisi duduk
nya. Laki-laki berambut blonde tersebut kembali berdehem lalu menatap serius
kearah 3 temannya itu. “Kau bahkan belum mendengar rencanku, Raehyunnie. Ini akan menyenangkan, aku
jamin itu.” Ucapnya. Seulas senyuman aneh kembali terukis diwajah nya.
Sedangkan Rae hanya bisa mengubur keinginannya untuk menendang kepala Sehun.
“Kita akan mencari tahu kebenaran dari kasus bunuh
diri yang terjadi di sekolah tercinta kita ini.” Tambah Sehun.
“Well, sebenarnya aku dan Taehyung sudah curiga dari
awal. Sejak kejadian Krystal Jung mati ‘bunuh diri’ 12 hari yang lalu, aku dan
dia sudah sepakat untuk menyelidiki nya.” Tambahnya lagi. Yeon mengangkat
sebelah halisnya lalu menopang dagu nya dengan tangan kanannya. “Curiga?
Kenapa?” Tanya Yeon.
“Seperti yang kita tahu, Krystal adalah gadis yang
pintar, cantik dan juga terkenal. Keluarga nya sangat berada dan hidupnya aku
yakin pasti sangat bahagia. Tidak ada alasan yang cukup untuk bunuh diri.
Hidupnya terlalu sempurna.” Jawab Sehun.
Sehun tersenyum kecil lalu kembali mengeluarkan
sesuatu dari dalam tas Taehyung. Tampaknya kedua laki-laki itu memang sudah
berniat untuk menyelidiki ini dan menyiapkan semuanya tanpa sepengetahuan
Sungyeon dan Rae.
Sehun meletakan beberapa lembar foto yang tampak sangat mengerikan diatas meja. Gambaran seorang gadis berkulit pucat, telanjang, dengan perut yang sobek dari bawah leher sampai selangkangan (meski sobekan itu telah dijahit dengan sangat sempurna oleh sang pelaku), dan tubuh yang mulai membiru. Yeon menatap foto itu dengan tatapan mual sekaligus ngeri, sedangkan Rae memasang ekspresi datar, dan Taehyung menatap foto itu dengan tatapan serius. “Itu foto Krystal saat ditemukan oleh polisi. Aku sudah meng-hack data di kepolisian untuk mendapatkan foto ini.” Ucap Taehyung, laki-laki itu tersenyum kecil lalu menunjukan foto yang lainnya.
“Apa seperti ini dapat dikatakan bunuh diri?” Taehyung menunjuk foto Krystal yang lain, gambaran punggung Krystal yang penuh dengan goresan oleh pisau yang tampak sudah mengering. Rae mengangkat sebelah halisnya lalu mengambil foto tersebut. “Kau hacker yang hebat, eoh. Lain kali aku akan memintamu untuk meng hack data nilai ku dan menggantinya.” Ucap Rae asal. Gadis itu membolak-balikan foto tersebut lalu mendesis pelan.
Sehun meletakan beberapa lembar foto yang tampak sangat mengerikan diatas meja. Gambaran seorang gadis berkulit pucat, telanjang, dengan perut yang sobek dari bawah leher sampai selangkangan (meski sobekan itu telah dijahit dengan sangat sempurna oleh sang pelaku), dan tubuh yang mulai membiru. Yeon menatap foto itu dengan tatapan mual sekaligus ngeri, sedangkan Rae memasang ekspresi datar, dan Taehyung menatap foto itu dengan tatapan serius. “Itu foto Krystal saat ditemukan oleh polisi. Aku sudah meng-hack data di kepolisian untuk mendapatkan foto ini.” Ucap Taehyung, laki-laki itu tersenyum kecil lalu menunjukan foto yang lainnya.
“Apa seperti ini dapat dikatakan bunuh diri?” Taehyung menunjuk foto Krystal yang lain, gambaran punggung Krystal yang penuh dengan goresan oleh pisau yang tampak sudah mengering. Rae mengangkat sebelah halisnya lalu mengambil foto tersebut. “Kau hacker yang hebat, eoh. Lain kali aku akan memintamu untuk meng hack data nilai ku dan menggantinya.” Ucap Rae asal. Gadis itu membolak-balikan foto tersebut lalu mendesis pelan.
“Aku mual.” Gumam Yeon sembari memandang foto itu
dengan tatapan jijik. Sehun menghembuskan nafasnya pelan lalu kembali menatap
ketiga temannya itu dengan tatapan serius. “Jadi?” Tanya Sehun.
“Kita bukan seorang detective, Oh Sehun.” Ucap Yeon
sembari menyingkirkan foto itu dari hadapannya, gadis itu menghembuskan
nafasnya pelan lalu menoleh kearah Rae yang masih asik membolak-balik foto yang
ia pegang. “Kau tidak jijik, Rae?” Tanya Yeon dengan ekspresi yang tidak dapat
diartikan. Rae menoleh sekilas kearah Yeon lalu mengangkat bahunya.
“Oh ya, kau kan tidak normal, ya.” Gumam Yeon. Rae mendesis pelan lalu menyimpan foto itu. “Bercerminlah, eonni.” Ucap Rae dengan nada kesal.
“Oh ya, kau kan tidak normal, ya.” Gumam Yeon. Rae mendesis pelan lalu menyimpan foto itu. “Bercerminlah, eonni.” Ucap Rae dengan nada kesal.
“Berhenti bertengkar. Kalian menyusahkan.” Ujar
Taehyung yang berhasil mendapat deathglare dari kedua gadis tersebut. Sehun
menggelengkan kepalanya pelan lalu kembali mendengus.
“Aku tahu kita bukan detective. Tapi, apa kalian tega melihat ini semua? Maksudku, aku yakin jika tidak ada yang mengungkap ini dalam waktu dekat, akan semakin banyak korban yang jatuh.” Sehun berbicara dengan nada serius. Laki-laki itu menatap temannya satu persatu lalu kembali membuka mulutnya. “Dan hanya kita berempat yang boleh tahu rencana ini.” Tambah Sehun.
“Aku tahu kita bukan detective. Tapi, apa kalian tega melihat ini semua? Maksudku, aku yakin jika tidak ada yang mengungkap ini dalam waktu dekat, akan semakin banyak korban yang jatuh.” Sehun berbicara dengan nada serius. Laki-laki itu menatap temannya satu persatu lalu kembali membuka mulutnya. “Dan hanya kita berempat yang boleh tahu rencana ini.” Tambah Sehun.
“Aku bahkan belum mengatakan setuju atau tidak!
Kalaupun benar kasus bunuh diri ini bukan kasus bunuh diri yang sebenarnya,
seharusnya polisi sudah tahu dan mereka akan bertindak, Sehun.” Protes Yeon,
terkadang ia benar-benar tidak dapat menebak apa yang sebenarnya Sehun
pikirkan. Pikirannya aneh, tidak, ketiga temannya ini memang sudah aneh dari
dulu.
“Menurutmu polisi bodoh itu dapat mengungkap ini semua?” Tanya Sehun. “Kau tahu banyak kasus diluar sana yang menurut ‘mereka’ lebih penting daripada kasus bunuh d- ralat, pembunuhan di sekolah. Mereka terlalu lamban, aku tidak bisa tinggal diam.” Tambah Sehun.
“Menurutmu polisi bodoh itu dapat mengungkap ini semua?” Tanya Sehun. “Kau tahu banyak kasus diluar sana yang menurut ‘mereka’ lebih penting daripada kasus bunuh d- ralat, pembunuhan di sekolah. Mereka terlalu lamban, aku tidak bisa tinggal diam.” Tambah Sehun.
“Lagipula, jika Rae setuju, kau juga akan setuju,
kan? Yeonnie.” Ujar Sehun sembari
menatap Rae dengan tatapan memohon. Rae mendengus kecil, bukankah sejak awal
dia sudah menolak rencana Sehun? Namun setelah melihat foto-foto yang Sehun
berikan tadi, tampaknya pikiran Rae berubah –sedikit.
“…..Tampaknya menarik.” Rae mengambil foto yang tadi
disingkirkan oleh Yeon lalu kembali membolak-baliknya seperti foto tadi. Yeon
hanya bisa mendengus kesal, 3 lawan satu, eh.
“Krystal meninggal karena bunuh diri dengan cara
melompat ke kolam renang. Itu yang pihak sekolah dan kepolisian katakan.” Ucap
Rae sembari tetap membolak-balik foto tersebut.
“Namun sesuatu pasti terjadi sebelum Krystal melompat
–atau mungkin dilempar ke kolam renang.” Ujar Taehyung. Laki-laki itu mengambil
salah satu foto yang menunjukan punggung Krystal lalu menunjuk bagian bahu nya.
“Ada bekas pukulan benda tumpul.” Ucap Taehyung, kemudian ia menunjuk luka lain
yang berada di lengan kanan Krystal, luka tusukkan pisau.
“Mustahil sekali jika Krystal melukai dirinya sendiri seperti ini. Kecuali jika ia seorang penyihir.” Gumam Taehyung asal. Kemudian laki-laki itu menunjuk goresan-goresan pisau yang terdapat di punggung Krystal. “Aku yakin goresan ini menunjukan sesuatu, tapi aku tidak tahu apa itu.” Ucap Taehyung.
“Mustahil sekali jika Krystal melukai dirinya sendiri seperti ini. Kecuali jika ia seorang penyihir.” Gumam Taehyung asal. Kemudian laki-laki itu menunjuk goresan-goresan pisau yang terdapat di punggung Krystal. “Aku yakin goresan ini menunjukan sesuatu, tapi aku tidak tahu apa itu.” Ucap Taehyung.
“Angka romawi.” Kata Rae. Gadis bersurai raven
tersebut menaruh foto yang ia pegang lalu beralih ke foto yang sedang dipegang
Taehyung. “Kau lihat, kan? IV.” Rae membalik foto tersebut lalu menunjukannya
kearah 3 temannya tersebut.
Sesaat kemudian gadis itu kembali membalikan foto itu, dan kini tampak bilangan lain. “II, V dan IX.” Ucapnya pelan.
Sesaat kemudian gadis itu kembali membalikan foto itu, dan kini tampak bilangan lain. “II, V dan IX.” Ucapnya pelan.
“4, 2, 5 dan 9. 4+2=6. 5+9=14. Dan kemarin tanggal
14, bulan Juni, tepat disaat mayat Kim Jong In, ditemukan di ruang olahraga.”
Jelas Rae. Gadis itu menghembuskan nafasnya pelan. “Kebetulan?” Tanya Rae
sembari menatap ketiga temannya dengan ekspresi datar.
“Mungkin..” gumam Yeon. Gadis itu kembali mengingat
angka yang disebutkan Rae tadi sembari memainkan jari nya. “Sayang sekali,
padahal Jongin cukup tampan.” Ucap Yeon pelan. Sehun menoleh kearah Yeon lalu
menghembuskan nafasnya.
“Dan ini, menurutmu kenapa pembunuh itu merobek
perut Krystal dan kembali menjahitnya? Bahkan jahitannya sangat rapih, seperti
seorang ahli bedah.” Gumam Yeon, Taehyung mengangguk kecil lalu mengangkat
bahunya. “Mungkin pembunuhnya seorang mahasiswa kedokteran, dia tidak punya
biaya untuk membeli mayat jadi dia melakukan ini semua untuk praktek.” Ucap
Taehyung. Dan kini sebuah kamus Korea-Jerman mendarat dengan mulus dikepalanya.
**)
Jun memperhatikan sekelilingnya dengan malas.
Sebentar lagi jam istirahat akan berakhir, dan kini laki-laki dengan marga Park
tersebut sedang ‘berjalan-jalan’ di sekolah barunya. Berhubung sekolahnya ini
cukup luas dan ia masih baru, jadi rasanya tidak aneh jika dia sekarang
tersesat.
“Tsk, menyusahkan.” Gumam Jun malas, laki-laki itu
kembali memperhatikan sekitarnya. Sekarang ia berada di lantai 2, dan kelas nya
ada di lantai satu. Seingatnya, lantai 2 ini tempat kelas satu, ruang music,
teater serta perpustakaan. Setidaknya itu yang diucapkan kepala sekolah kepada
Jun saat pagi tadi.
“Baiklah, bertanya tidak masalah, bukan?” Ucap Jun pada dirinya sendiri. Dan masih dengan langkah malas, laki-laki itu menghampiri salah satu anak yang kebetulan lewat –disini sangat sepi, omong-omong. Hanya beberapa orang saja yang lewat, entah karena memang istirahat sudah berakhir atau para makhluk di lantai dua ini sudah musnah sebagian.
“Permisi..”
TBC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
[!!] Gunakan bahasa yang sopan. Terima kasih.