Stay. Teen. Fluff/Romance/School life. Ficlet.
M.pire's fanfiction.
Starring;
Lee Taehee and OC.
"Jika aku meminta kau tinggal, apa kau tetap akan keluar?"
**
Teman-teman Ra sudah sangat sering menjabarkan cinta sebagai sesuatu yang membingungkan; membuat siapapun yang merasakannya bahagia dan menderita dalam jangka waktu yang tidak dapat diterka; menyiksa namun membuat ketagihan layaknya sebuah zat adiksi.
Benarkah?
Ra tidak pernah tahu rasanya. Tidak ingin tahu dan tidak begitu peduli. Hingga pada akhirnya, di hari pertama dia memasuki sekolah menengah atas, Ra terjebak dalam lingkaran setan yang bernama cinta pertama.
Kini Ra sadar jika semua yang dikatakan oleh teman-temannya memang benar; ia merasakannya sendiri. Dia tersiksa namun masih dapat tersenyum dan merasakan kebahagiaan yang tidak dapat didefinisikan.
Ra menghela napasnya pelan. Kedua iris matanya masih tidak lepas dari lapangan sekolah yang berjarak sekitar 10 meter dari kelasnya; mengabaikan ocehan guru matematikanya yang sedang menyampaikan materi tentang logaritma.
"Ssst, Kim Ra!"
Ra secara refleks menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Kening Ra berkerut seketika saat melihat Chanmi -temannya- sedang tersenyum aneh kearahnya.
"What?" tanya Ra pelan. Kini ia sudah membenarkan posisi duduknya yang tadi miring ke jendela. Chanmi mendekatkan wajahnya ke telinga Ra lantas berbisik pelan.
"Lee Taehee sunbae. He's too perfect, isn't he?" tanya Chanmi, kini bibirnya berkedut kecil menahan senyum. Ra kembali menoleh kearah Chanmi lantas memutar matanya malas. Membicarakan objek yang sedari tadi Ra perhatikan adalah sebuah kesalahan besar -itu membuat jantung Ra berdebar dengan tempo yang tak jelas; wajahnya sedikit merona; dan efek yang paling sialan adalah bayangan seorang Lee Taehee yang terus berputar diotak Ra.
Ra tidak menjawab ataupun merespon pertanyaan Chanmi. Kini dia memfokuskan pandangannya pada papan tulis yang sudah penuh dengan angka. Sebenarnya, logaritma bukanlah sesuatu yang sulit bagi Ra -dia pemenang olimpiade matematika tingkat nasional saat di sekolah menengah pertama. Membaca materinya saja sudah membuat Ra paham. Tidak perlu mendengarkan celotehan guru bernama Mr.Nam yang tampaknya tidak begitu niat dalam mengajar; tipikal guru yang paling dibenci Ra.
Chanmi mendengus kesal. Merasa terabaikan, ia kembali memancing Ra untuk berbicara.
"Bagaimana rasanya, Ra? Cepat dekati dia! Kalian satu ekskul, kan?" bisik Chanmi. Ra masih tidak merespon.
"Aku baru tahu jika kau menyukai pria seperti dia. Apa lebihnya dia?"
Ra masih terdiam sembari berharap Chanmi tersedak ludahnya sendiri.
"Ngomong-ngomong, aku dengar dia dekat dengan Hani sunbae."
Ra kini menghela napasnya pelan. Perkataan Chanmi cukup menohok. Namun Ra tetap berusaha mempertahankan sikap apatisnya.
"Make your move, Ra!" kini Chanmi berseru sedikit kencang.
"Kau yang harus bergerak keluar dari kelas saya, Nona!" tanpa disangka, Mr.Nam memberikan tatapan membunuhnya kearah Chanmi.
"Keluar dan berdirilah didepan kelas!"
Chanmi membulatkan matanya lebar, sementara Ra tersenyum kecil sembari bersorak dalam hati.
**
Ra memutuskan untuk keluar dari club astronomi. Padahal, dia baru saja mendaftarkan dirinya 5 hari yang lalu. Inginnya, Ra tetap ikut club tersebut karena dia memang sangat menyukainya sejak kecil. Saat tahu jika disekolahnya ini ada club astronomi yang selalu membuka kesempatan bagi siapapun yang ingin bergabung, Ra senang bukan main. Dia langsung mendaftarkan dirinya dengan tekad yang bulat.
Awalnya ia sangat antusias, hingga pada akhirnya ia tahu jika ketua club tersebut adalah Lee Taehee.
Lee Taehee, kakak kelasnya yang sudah menarik perhatian Ra semenjak ia menginjakkan kakinya ke sekolah ini 1 bulan yang lalu. Akan sangat menyiksanya jika ia harus bertemu dengan Taehee terus menerus.
Ra hampir terjungkal saat melihat Taehee di club astronomi. Pria itu bahkan menyapa dan tersenyum kearahnya. Menanyakan kenapa dia tertarik untuk masuk dan mengutarakan jika dia sangat senang ada anggota baru, karena sedikit sekali siswa yang tertarik untuk masuk. Saat itu, Ra hanya dapat tersenyum kaku pada Taehee. Ra merutuki kemampuan berbicaranya yang seolah lenyap begitu saja.
Kini Ra sudah berada didepan sebuah ruangan yang tampak sepi. Ra sedikit mengintip kedalam ruangan tersebut. Matanya sedikit memicing saat melihat seseorang sedang merapikan beberapa buku tebal.
"Sunbae?" panggil Ra pelan.
"Ya? Oh, Ra! Kebetulan kau datang, kemarilah." Taehee tersenyum. Ra bergeming ditempat. Tadi dia hanya memastikan jika yang berada di ruangan itu memang Taehee, dan kini Ra menyesali perbuatannya. Seharusnya dia pergi saja.
Taehee menaikkan sebelah halisnya saat melihat Ra terdiam. Ia berjalan menghampiri Ra lantas mengerutkan keningnya.
"Kenapa kau diam? Aku ingin memintamu membantuku membereskan buku-buku itu," Taehee menunjuk tumpukan buku yang berada diruangan tersebut. "Tapi jika kau tidak mau, tidak apa-apa. Mungkin kau sedang terburu-buru." tambah Taehee sembari mengangkat bahu.
"....Ah -ya?" Ra memasang ekspresi terbodohnya. "Sebenarnya, aku ingin berbicara pada sunbae." ujar Ra.
Taehee memiringkan kepalanya sembari membenarkan kacamata yang ia pakai, beberapa saat kemudian dia memberikan isyarat pada Ra agar masuk.
Ra mengikuti Taehee lantas duduk didepannya. Taehee menyingkirkan beberapa buku yang menghalangi pandangannya hingga kini ia dapat melihat wajah Ra dengan jelas. Taehee tersenyum.
"Ada apa?" tanya Taehee.
"Itu..." Ra memainkan jari-jarinya. Otaknya kini bekerja keras untuk menyusun kalimat yang tepat.
"Kau ingin memberitahu sesuatu? Tentang meteor perseid itu? Oh! Aku melihatnya tadi malam! Apa kau juga melihatnya?" Taehee berseru senang. Ra meringis pelan. Ia juga melihat meteor itu tadi malam -Ra rela keluar pada tengah malam hanya agar dapat melihat bintang jatuh tersebut. Niat awalnya untuk membicarakan keinginannya untuk keluar kini mulai membuatnya ragu.
"Ugh ya, aku melihatnya. Meski sedikit sulit karena terlalu banyak cahaya." ucap Ra pada akhirnya. Taehee mengangguk setuju.
"Sebenarnya, bukan itu yang ingin aku sampaikan." ujar Ra. Ia menghela napasnya lantas menundukkan kepalanya. "Aku...ingin keluar." gumam Ra pelan.
Taehee terdiam, hingga akhirnya dia mengerutkan keningnya.
"Kenapa?" tanya Taehee dengan nada kecewa
Ra kembali meringis pelan saat mendengar nada bicara Taehee.
Tahan, Ra. Jangan berharap yang macam-macam.
"Itu umm.." Ra menggigit bibirnya pelan. "Aku ingin masuk club fisika. Kurasa itu lebih membuatku berpeluang untuk berprestasi." ucap Ra cepat. Alasan yang buruk sekali.
Taehee mengangguk lantas menghela napasnya pelan.
"Ya, sudah kuduga hahaha." Taehee tertawa hambar. Ra mendongakan kepalanya dan melihat Taehee sedang memasang ekspresi kecewa. Kini Ra merasa sedikit bersalah saat melihat wajah Taehee.
"Maafkan aku, sunbae."
"Tidak apa, Ra." Taehee mencoba tersenyum. Beberapa saat kemudian dia beranjak dari duduknya lalu kembali membereskan buku-buku yang berserakan. Ra memperhatikan Taehee sejenak, tidak lama kemudian dia beranjak dari duduknya. Ra membungkukkan badannya kearah Taehee lalu berjalan menjauhinya dengan perlahan.
"Ra."
Ra menghentikan langkahnya tepat didepan pintu. Jantungnya seakan siap meledak saat ini juga; kakinya lemas; rasa bersalah kembali memenuhi hatinya. Ra menghembuskan napasnya lantas menolehkan kepalanya ke belakang.
Taehee menatap Ra dengan tatapan yang tidak dapat diartikan, beberapa saat kemudian ia menghela napasnya.
"Jika aku meminta kau tinggal, apa kau tetap akan keluar?"
Kini Ra merasa jutaan meteor jatuh menimpanya.
End.
P.s: bonus foto Taehee sunbae yang kalau-pake-kacamata-kampret-ganteng-sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
[!!] Gunakan bahasa yang sopan. Terima kasih.