Rabu, 27 Agustus 2014

27

"Apa yang Seunghyun lakukan padamu?"


Pertanyaan yang sama setiap kali gadis itu datang kepadaku. Aku menatapnya nanar lalu menghela napasku pelan. Nayeon, gadis bodoh yang selalu datang kepadaku tiap kali ia menangis dengan alasan yang sama; kekasihnya, Lee Seunghyun. Seragam sekolah yang ia pakai tampak berantakan, wajahnya memerah dengan rambut yang tampak tidak karuan.

Nayeon masih mencoba untuk menghentikan tangisnya, ia menatapku -oh, matanya sangat merah! Astaga, sudah berapa lama dia menangis? Kali ini hal apalagi yang laki-laki sialan itu lakukan padanya?

"M-minwoo-ah," Nayeon menyeka air matanya. Aku menaruh buku yang sedang kubaca lantas kembali memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah. Pukul 9 malam dan seorang gadis berseragam sekolah masuk kedalam apartemen ku dengan keadaan menyedihkan.

Nah, No Minwoo, ingin berpura-pura menjadi malaikan penyelamat lagi?

"Seunghyun oppa.."

Selalu pria sialan itu. Aku menghela napas ku lantas beranjak dari sofa, menghampiri Nayeon lalu mengelus rambutnya pelan -sebisa mungkin aku harus dapat membuanya nyaman dan tenang. Bagaimanapun caranya. Meski jujur saja, semuanya terasa sangat menyesakkan.

Nayeon menundukkan kepalanya, gadis itu memainkan ujung rok sekolahnya lalu kembali terisak pelan.
"Dia tidak ingin aku menemuimu lagi," ucap Nayeon, suaranya terdengar sangat serak. Aku terdiam mendengar ucapannya.

"Aku sangat menyukainya. Kau tahu itu, kan? Minwoo-ah, tapi kau adalah sahabatku satu-satunya. Bagaimana mungkin aku menjauhimu? Dia bilang, dia akan memutuskanku jika masih terlihat sering bersamamu," oh itu lebih baik.

"...."

"Dia bilang, dia tidak suka jika ada orang lain yang ikut campur."

"...."

"D-dia bilang, aku harus memilih."

"..."

"Kenapa diam saja?"

"Kenapa tidak memilih saja?" aku balik bertanya kearahnya.

Aku mencengkram bahu Nayeon kuat lalu mengangkat kepalanya agar dapat melihat wajahnya.

"Haruskah?" tanya nya ragu. Aku melepaskan cengkramanku lalu mengangkat bahu ku. Entah apa yang membuatku berpikir seperti ini, namun aku yakin jika Nayeon akan memilihku.
Tentu saja, apa yang sudah diberikan seorang Lee Seunghyun pada Nayeon selama beberapa bulan terakhir ini? Tidak ada. Dia tidak sebanding dengan aku yang sudah bertahun-tahun berada disamping Nayeon. Tidak sebanding dengan aku, No Minwoo, yang dengan tololnya rela mengorbankan perasaanku sendiri demi melihat Nayeon bahagia.

"Aku menyayangi Seunghyun oppa.." Nayeon tampak menggigit bibir bawahnya, ia menatapku ragu lalu kembali menundukkan kepalanya -apa lantai itu lebih menarik dariku?

"Aku tahu. Aku tahu. Aku tahu! Kau mengucapkan kalimat itu lebih dari -oh, bahkan aku tidak dapat menghitungnya." suaraku mulai meninggi. Apa peran sebagai malaikat pelindung nya sudah selesai? Telingaku mulai panas mendengar nama pria sialan itu.

"Apa dia membalas perasaanmu?" tanyaku.

"Tentu saja! Jika tidak dia tidak mungkin mau menjadi kekasihku."

"Apa saja yang sudah dia berikan padamu?" selain rasa sakit dan alasan untuk menangis, tentunya.

"....aku tidak mengharapkan apapun darinya. Aku benar-benar mencintainya. Sungguh. Minwoo-ah, kau tidak mengerti bagaimana rasanya!" kini Nayeon membentakku. Kurasa dia sadar jika aku mulai merendahkan pria itu.

"Aku? Tidak mengerti?" aku menunjuk diriku sendiri.
"Satu-satunya hal yang tidak ku mengerti hanya satu;  bagaimana mungkin ada gadis sebodoh dirimu di dunia ini? Dia membuatmu menangis setiap saat! Apa yang kau lihat darinya? Aku lelah, Nayeon-ah, apa menurutmu semua ini tidak menyiksaku? Kau selalu datang padaku disaat sedih, dan kini dia memintamu untuk menjauhiku? Lantas kemana saja dia selama ini?" aku mengacak rambutku frustasi lalu terdiam beberapa saat. Astaga, apa yang sudah ku katakan?

"Demi Tuhan, Nayeon-a. Tinggalkan dia." ujarku pada akhirnya. Kali ini dengan nada sedikit pelan karena Nayeon tampak kaget dengan ucapanku beberapa saat yang lalu.

Nayeon terdiam. Ia menatapku dengan tatapan yang tidak dapat kuartikan lantas menundukkan kepalanya.

"A-aku....tidak bisa."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[!!] Gunakan bahasa yang sopan. Terima kasih.