Kamis, 07 November 2013

No.1



Menurut kalian, bagaimana rasanya jika terus berada di posisi kedua?

Dipandang sebelah mata oleh orang-orang, dianggap tidak ada dan tidak berarti. Karena pada kenyataannya, orang-orang selalu melihat apa yang dimiliki oleh sang posisi pertama tanpa melihat yang kedua. Berfikir jika yang pertama pastilah yang terbaik. Aku akui itu semua benar, dia, sang pertama, lebih baik dariku. Sekeras apapun aku mencoba, aku tidak akan pernah dapat menandingi nya dalam hal apapun. Setidaknya untuk saat ini.

Iri?

Tidak, aku terlalu sempurna untuk merasa iri pada makhluk munafik seperti dia.


Luhan.



Dalam buku kecil ini, akan aku tulis semua nya. Saat pertama kali laki-laki keturunan China itu datang dan merusak kehidupan ku yang dulunya sangat sempurna, saat laki-laki itu mengambil semuanya. Semua milikku. Bahkan kedua orang tua ku pun dia ambil.

 Hari itu, malam pertama di musim dingin. Salju mulai turun secara perlahan; membuat permukaan bumi sedikit demi sedikit berubah warna menjadi putih. Cuaca pun mulai terasa sangat dingin, setidaknya itulah yang dirasakan orang-orang. Namun bagiku, malam ini terasa sangatlah panas. Rumah ku yang luas terasa pengap, sesak, dan perasaanku mengatakan bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk menimpaku.
Perasaan itu semakin kuat saat kedua orang tua ku memperkenalkan seorang laki-laki padaku, laki-laki dengan wajah manis dan sangat memuakkan, dan yang paling menyebalkan adalah; ayah bilang jika laki-laki itu adalah kakak ku.

“Sehun-ah. Ini Luhan, kakak mu.” Ucapan ayah terdengar sangat lembut dan dalam, sorot matanya menatapku dengan tatapan intens dan hangat. Aku melirik kearah laki-laki bernama Luhan itu, perasaanku bertambah tidak nyaman saat seulas senyuman innocent terlukis diwajah manis nya.

“Annyeong, uri dongsaengie.” Luhan tersenyum manis. Manis sekali, memuakkan. Aku hanya menatapnya datar tanpa membalas ucapannya. Dan setelah itu, hari-hari ku terasa sangat menyedihkan.


Luhan sekolah di sekolah yang sama denganku. Dia satu kelas denganku, dan aku baru tahu jika umurnya hanya terpaut beberapa hari denganku. Bagaimana bisa? Ceritanya rumit. Dan semuanya adalah salah ayah ku.

Dalam sehari makhluk dengan wajah malaikat itu berhasil mengambil perhatian semua anak-anak di kelas, bahkan para guru mulai memuji kepandaiannya dalam bidang akademik. Aku tidak menyukainya. Sebelumnya tidak ada yang pernah mendapat pujian seperti itu selain aku. Hingga saat pengumuman kenaikan kelas, Luhan berhasil mendapat peringkat pertama di kelas. Mengalahkanku.


Kedua orang tua ku bilang jika aku harus lebih giat belajar. Dan mereka mulai membandingkan ku dengan Luhan. Mengatakan bahwa aku harus seperti dia, dan bahkan belajar padanya. Semuanya membuatku muak. Sejak saat itu Luhan seolah mengambil alih kedua orang tua ku, perhatian dan kasih sayang mereka yang dulu nya hanya tertuju padaku kini sedikit demi sedikit mulai di ambil alih oleh Luhan.

Peringkat di kelas, kedua orang tua ku, dan saat hari kedua di musim panas, aku melihat Luhan sedang bersama seorang Choi Jinri. Gadis yang sudah 2 tahun ini aku kagumi.
Mereka tampak tertawa bersama, bergandengan tangan, semua hal yang seharusnya Jinri lakukan bersamaku, bukan laki-laki bodoh itu ataupun laki-laki lain. Jinri hanyalah milikku.





Dan sekarang, kesabaranku mulai mencapai batasnya. Kini, Luhan tidak bisa lagi mengambil apa yang aku miliki dan yang seharusnya menjadi milikku. Dan kedua orang tua ku tidak bisa lagi membandingkanku dengan Luhan. Lalu Choi Jinri? Dia akan abadi bersama ku. Aku dan Jinri akan hidup bahagia di atas sana, aku yakin kedua orang tua ku akan ikut bahagia jika melihat aku bahagia, meski mereka harus mengorbankan nyawa mereka sendiri sekalipun. Dan inilah kebahagianku. Semua telah berakhir dan Luhan tidak dapat lagi mengalahkanku.













27/09/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[!!] Gunakan bahasa yang sopan. Terima kasih.